Mohon tunggu...
Iie Astuti
Iie Astuti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengobati Hati dengan Puisi

23 Oktober 2015   09:58 Diperbarui: 23 Oktober 2015   10:15 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun lalu coretan puisi dan karya puisi mudah ditemui di beberapa media. Namun tidak demikian keadaanya saat ini. Entah apa penyebab karya-karya puisi menjadi barang langka bagi para penikmatnya. Bisa jadi karena pergeseran makna puisi yang sering dianggap sebagai karya cengeng picisan atau standar pemuatan media terhadap puisi sekarang terlalu tinggi. Padahal puisi sesungguhnya adalah obat bagi penyakit hati.

Memperhatikan maknanya sebagai karya tulis yang dituangkan dalam bahasa estetik, arti harfiah puisi kerap membuat orang tidak merasa cukup poetic untuk dapat menulis puisi secara profesional. Akibatnya banyak penulis puisi yang merasa karya-karyanya hanya serupa dengan karya picisan dan tidak layak untuk dimuat di media. Padahal sebagai sebuah karya seni, selain struktur fisik yang terdiri dari tipograpi; imagi, diksi, kata konkret dan rima, puisi juga memiliki struktur batin yang terdiri dari tema rasa (feeling), nada (tone) dan tujuan maksud.

Ketiga faktor terakhir ini mendorong kebebasan dalam penggunaan jumlah dan jenis kata pada penulisan puisi modern dan menjadi alasan mengapa puisi memiliki sifat healing efect. Sifat ini muncul karena puisi dapat digunakan sebagai wadah bagi mereka yang memiliki tumpukan-tumpukan emosi untuk menumpahkan segala bentuk emosi yang dimilikinya.

Sebuah puisi memiliki healing effect ketika mempunyai 3 faktor, yaitu faktor keterkaitan kata-kata dengan emosi yang dirasakan penulis, faktor kesedehanaan kata yang mudah dipahami penulis dan faktor resolusi pada isi puisi sebagai wujud dari kata-kata penuh harapan atau media ungkapan syukur (Phillys Klein, 2006). Ketiga faktor tersebut akan memberi efek healing  cepat ketika puisi disandingkan dengan musik pengiring yang tepat. Sebuah penelitian  dilakukan oleh Mellisa Cryttzer pada tahun 2007 tentang hal ini. Pembacaan puisi dalam iringan musik dibuat serta ditujukan khusus untuk membangkitkan harapan bagi para pasien dalam keadaan kritis.  Ternyata treatment yang diberikan ini mampu menyentuh keadaan emosi para pasien dan memicu keinginan sembuh yang muncul dari dalam diri mereka sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari puisi juga memiliki fungsi therapeutic. Kaitan emosi yang terjadi dari rangkaian kata-kata yang terpilih dalam sebuah karya puisi menjadi saluran pembuangan beban emosi yang tersumbat bagi penulis puisi. Perasaan tenang, damai dan relief menjadikan puisi hadir sebagai obat sederhana bagi mereka yang tidak mampu menyampaikan perasaan sedih marah dan kecewa kepada orang-orang terdekat sumber pemicu emosi. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa fungsi therpeutic ini tidak berhenti kepada penulisnya semata. Puisi dapat juga hadir sebagai obat bagi para pembacanya manakala terda[at kesamaan interpretasi makna puisi dan kesamaan pilihan kata dengan situasi sulit yang sedang dihadapi para pembaca puisi.

Menyadari hal ini sangat jelas bahwa puisi dapat menjadi alternatif obat sederhana bagi jiwa manusia. Mari terus berpuisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun