Mohon tunggu...
iid itsna adkhi
iid itsna adkhi Mohon Tunggu... Administrasi - Geoforester

Tulis tulis, bagi bagi, maju maju

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Reboisasi Hutan Mangrove di Teluk Jakarta

24 April 2020   15:50 Diperbarui: 24 April 2020   15:58 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Citra satelit perkembangan hutan mangrove di pesisir utara Jakarta pada periode tahun 2010 s.d. 202

Pada periode 2010 s.d. 2020 ini merupakan kondisi dimana reklamasi di PIK sudah selesai dan kegiatan pembangunan pulau baru di teluk Jakarta mulai dilaksanakan. Dengan adanya pulau baru, pola ekosistem di wilayah pesisir pun berubah, begitu pula keberadaan hutan mangrovenya. Selain menambah ketersediaan lahan, keberadaan pulau baru juga memiliki potensi untuk pengembangan hutan mangrove. Pembangunan pulau D, secara alami, menciptakan lahan yang potensial untuk pengembangan hutan mangrove seluas 2,6 hektar di tahun 2015 (Putra & Gumilang, 2019).

Kondisi hutan mangrove di TWA Angke Kapuk sudah semakin membaik. Kondisi kanopi terlihat mulai menutupi beberapa bagian yang awalnya merupakan bekas tambak. Sebagian besar tahap rehabilitasi hutan mangrove di TWA ini berasal dari kegiatan reboisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Sejak ditetapkan sebagai TWA pada tahun 1995, daerah ini menjadi tujuan utama wisata hutan (ekowisata) di Jakarta.

Daerah ini juga menjadi pusat pendidikan mangrove dan pelaksanaan berbagai kegiatan lingkungan hidup (BKSDADKI, 2020). Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan juga berperan penting dalam proses rehabilitasi hutan mangrove. Kegiatan penanaman yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dengan intensitas yang cukup banyak ini membuat pertumbuhan hutan mangrove di TWA juga cukup baik.

Reboisasi hutan mangrove di pantai utara Jakarta akan berhasil apabila seluruh komponen masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dengan baik (Sasongko et al., 2014). Dalam menjaga keberlanjutan hutan mangrove tidak hanya masyarakat sekitar pesisir saja yang dapat berperan, namun masyarakat yang berada jauh di pegunungan (hulu sungai) juga memiliki kontribusi yang sangat banyak. Kebiasaan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan selalu menjaga kebersihan sungai dan DAS sangat menentukan kualitas hutan mangrove di pesisir.

Ditulis oleh:

Iid Itsna Adkhi

Sumber citra satelit diperoleh dari https://earthexplorer.usgs.gov/ 

Daftar Pustaka

1. Referensi

Bunting, P., Rosenqvist, A., Lucas, R. M., Rebelo, L. M., Hilarides, L., Thomas, N., Hardy, A., Itoh, T., Shimada, M., & Finlayson, C. M. (2018). The global mangrove watch - A new 2010 global baseline of mangrove extent. Remote Sensing, 10(1669), 1–19. https://doi.org/10.3390/rs10101669

Putra, I. S., & Gumilang, R. S. (2019). Dampak Pulau Reklamasi terhadap Sedimentasi dan Potensi Perkembangan Mangrove Di Pesisir Teluk Jakarta (Muara Angke). Jurnal Sumber Daya Air, 15(2), 81–94. https://doi.org/10.32679/jsda.v15i2.587

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun