Mohon tunggu...
Ihza Ramadhan
Ihza Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

suka main bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z Miskin Etika? Cek Realitanya

19 November 2024   13:37 Diperbarui: 19 November 2024   17:53 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto generasi z, sumber: tirto

Belakangan ini, seringkali muncul istilah generasi z dan serba-serbi bagaimana kehidupan dijalani oleh seorang yang termasuk dari kalangan ini. Mereka dari kalangan Generasi Z oleh banyak kalangan dianggap sebagai generasi yang kurang sopan bahkan seringkali dituduh miskin etika. Namun apakah benar demikian?

Sebelum menyelam lebih jauh lagi pada topik pembicaraan hangat ini, ada baiknya kita lebih dahulu mengetahui dan menyepakati pengertian dari Generasi Z itu sendiri. Siapa sajakah individu yang termasuk dari kalangan tersebut. Hal ini juga diperlukan demi kepentingan menyamakan persepsi dan pemahaman kita terhadap objek yang dibahas yakni mengenai Generasi Z sehingga tidak terjadi perbedaan dasar pemahaman.

Dilansir oleh presentasi materi yang diberikan di Universitas Islam Indonesia Generasi Z atau generasi pasca milenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini. Mereka lahir dalam rentang 1995 hingga 2010. Di Indonesia, pada 2010 saja jumlah mereka sudah melebihi 68 juta orang. Angka tersebut bahkan mencapai nyari dua kali lipat Generasi X,yakni mereka yang lahir pada rentang waktu kelahiran 1965 hingga 1976. Jumlah Generasi Z sekarang d di sekitar angka 2,5 miliar orang di seluruh dunia.

Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam mencari apakah gen z ini benar-benar miskin etika adalah dengan melihat tingkah laku mereka dalam menggunakan internet untuk hal-hal seperti media sosial. Media sosial dapat menjadi parameter yang baik karena pada masa sekarang, setiap orang di muka bumi dapat mengekspresikan perasaan mereka lewat sosial media. Sebut saja YouTube, X, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya, anda bisa menemukan bahwa kerap kali penggunanya mewujudkan ekspresi mereka baik dengan membuat video maupun postingan lainnya, atau dalam wujud komentar.

Menurut artikel yang ditayangkan CNN Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling tidak sopan dalam menggunakan internet. CNN mengutip sebuah research pengumpulan data yang diselenggarakan oleh Microsoft yakni Digital Civility Index. 16.000 orang telah merespon terkait survey ini.

Pada survey tersebut, Indonesia menempati peringkat 29 dari 32 negara dan merupakan negara paling tidak sopan dalam menggunakan internet diantara negara ASEAN lainnya. menariknya, dilansir oleh websindo, sebanyak 81% pengguna media sosial di Indonesia berasal dari generasi z. Dangan data yang kita miliki, sesuai premis awal yakni ternyata etika generasi z memang patut dipertanyakan karena mereka merupakan mayoritas dari pengguna internet di Indonesia yang merupakan negara yang minim sopan santun dalam berinternet. Oleh karena itu, berdasarkan data yang didapat,  bisa dikatakan bahwa memang banyak anggota generasi z miskin etika.

Meski demikian, tidak semua anggota generasi z miskin etika. Saya kira hal ini terjadi sebab berbagai macam faktor yang mempengaruhi tingkat etika yang dimiliki. Seperti didikan orang tua yang sangat berpengaruh bagi perkembangan etika moral sang anak di mana saya mengalami pendidikan orang tua dengan baik.

Kemudian pula ada faktor  pendidikan sekolah, yang sangat mempengaruhi pengetahuan orang. Saya tantang anda membuka kolom komentar mengenai politik, apapun baik youtube, instagram, tiktok, pasti anda akan menemukan orang yang berbicara asal, main tuduh, hanya mencaci, bahkan mengancam, sehingga argumentasi masyarakat di media sosial kebanyakan menggunakan insting daripada akal pikiran. Ini bisa terjadi karena kekurangan pendidikan secara formal sehingga orang lebih mudah terpancing menggunakan emosi daripada betul-betul mencari kebenaran dibalik apa yang dibahas terlebih dahulu.

Masyarakat juga terekspos drama di media sosial terlalu banyak yang membuat mereka sulit membedakan mana hal yang bersifat dunia dan mana hal yang bersifat maya. Belum lagi aksesnya yang sangat mudah. Handphone saja bisa diakses dengan harga 1 jutaan ke bawah sehingga masyarakat kelas bawah pun bisa mengaksesnya dan menyuarakan ketidakmampuan mereka di media sosial.

Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran etika rendah kepada generasi z ini.Ada pergeseran moral dan etika yang terjadi pada murid yang belajar di sekolah. Jarak usia murid dan guru menggeser sopan santun kaku yang sempat menjadi parameter etika murid sekarang bergeser menjadi berusaha lebih dekat dan menggunakan bahasa sehari-hari dalam berbincang dengan guru.

Sebagai penutup, sebagai saran untuk generasi z adalah  senantiasa jaga etika yang harus dipertahankan. Terkadang kita butuh sadar diri, jangan membahas atau mengganggu gugat apapun itu ranah yang bukan keahlian kita. Bijaklah dalam bersosial media. Jangan memamerkan kedunguan kalian dengan ekspos sosial media berlebih dimana kalian dapat mengetik sesuka hati tanpa mempertimbangkan akibat dan dampaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun