Mohon tunggu...
Riza Fahlevi
Riza Fahlevi Mohon Tunggu... -

Student of Junior School 6 Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Artikel : Bukan Rasis Apanya kalau Membicarakan WNI Tionghoa

4 Mei 2014   19:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

judul artikel yang pernah kami baca sangat menarik dan membuat hati ini ingin menyampaikan pendapat dan mudah-mudahan tidak membuat kesalahpahaman dalam menelaah suatu fenomena yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Seperti dalam artikel tentang rasisme WNI Tionghoa..kenapa hal ini terjadi di masyarakat di Indonesia ??? Ibarat dalam pepatah " ada asap pasti ada Api"

sebenarnya bangsa Indonesia itu sangat Wellcome terhadap semua bangsa dan suku bangsa sesuai dengan karakter nenek moyang kita selama dalam proses pembaurannya benar dan damai serta penuh dengan kegotongroyongan...

kita ambil Ilustrasi : Kenapa antara keturunan Arab dan Keturunan Tionghoa lebih banyak tolerannya terhadap keturunan Arab, ini kita coba lepas dulu dari masalah baju agama dulu..sekian lama kami amati (dari saya seumuran SD- sampai sekarang berkepala empat). Dalam proses pembaurannya orang keturunan arab bisa menyatu entah dalam hal hubungan silaturahmi antar tetangga/warga serta dalam hal pendidikan mayoritas keturunan arab mau kok sejak dulu menyatu dengan orang Indonesia asli dalam wadah satu sekolah entah kaya entah miskin...kegotongroyongan kerja bakti pun orang arab banyak yang mau terlibat bahu-membahu bersama warga yang memang heterogen....sehingga warga aslipun tidak menganggap dia orang keturunan arab dia ya warga kampung ini...akan tetapi sebaliknya yang terjadi pada kelompok keturunan tionhoa  yang sebagian besar sejak dulu gak mau terlibat dalam urusan hubungan sosial,kepedulian sosial, pembauran dilingkungan sosial,..sampae kerja baktipun gak pernah datang,..rumahnya berpagar tembok tinggi,...berteralis besi kuat gak mau kenal dengan tetangga dan mereka merasa lebih superior di banding warga pribumi...mereka menganggap semua urusan mudah diselesaikan dengan uang,...artinya mereka sangat menuhankan uang, merekalah yang membuat sekat tersendiri,...mungkin ini salah satunya saja yang membikin perbedaan tanggapan dari warga Indonesia asli dengan kedua kelompok keturunan tersebut.

Maka jangan dipersalahkan kalau didalam masyarakat masih mendikotomikan antara Orang Indonesia dan Orang China...sebenarnyalah Orang keturunan China itu sendiri yang memunculkan rasis bagi dirinya sendiri.

Bangsa Indonesia sebenarnya sangat luhur budinya, mereka sangat terbuka : contoh welcome terhadap keturunan India, Arab, dll selama mereka mau membaur dan tahu akan hak dan kewajibannya ( jangan diukur dengan Uang).

Mudah-mudahan pendapat kami bisa memberikan masukan khususnya para penggiat anti Rasis jangan hanya melihat akibat tanpa melihat sebab musababnya...dan segera untuk membenahi dan mengoreksi bagi ang merasa hal tersebut dilakukan..

sekian terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun