Â
Â
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari. Aroma tengkuk tubuh pagi yang terjamah bibir yang ranum. Semerbaknya meruntuhkan ingatan akan keterasingan masa silam. Sehangat nafas yang tersalurkan lewat pancaran surya di tunas-tunas pagi.
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari. Lembut belaian tangan pada hati yang lantak. Sempurnanya tarian para penari balet, ringan tapi tegar, gemulai tapi kokoh. Jantung yang memompa aliran rindu hingga raga menjadi indah dalam kesatuan rasa pada rusuk yang lengkap.
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari. Syahdu pandangan yang terpana hangat. Menggetarkan sanubari yang dahaga akan sapa. Merelungkan hati pada ruang kebahagian dan keabadian yang tertanam pada raga yang lemah. Tafsir para pujangga yang tersirat makna dan terlukis sempurna di dinding alam.
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari. Keterlanjangan indera melakoni romantisme inspirasi, kosong tapi penuh, padat tapi tak mampat. Menghancurkan gundah yang tertanam dalam atma. Mengkandaskan ketidakberdayaan yang kemudian melayang di langit lalu bersenyawa dengan mendung.
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari. Awal kesempurnaan hakikat persenyawaan dua percintaan. Keikhlasan sejati menjadi mahligai yang terpatri. Seutas rindu meredam amarah lalu seuntai senyum yang menanggalkan nafsu.
Katamu secangkir coklat hangat di pagi hari sehangat dekapan rindu di ujung senja.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H