Jari tangan kanannyamenegang. Lengan besarnya meneken keras ke lantai. Jari tangan kirinya ditopangkan kuat-kuat di lutut. Kaki-kaki nya tak kuasa menahan berat badannya yang tambun. Perlahan tangan kanannya meraih  kembali tongkat kayu yang berada di samping kanannya. Berusaha sekuat tenaga untuk bangkit. Getaran-getaran halusnya mulai merambat ke tanganya dan menjalar ke tongkat. Terkadang diam sebentar untuk menenangkannya dan mengumpulkan kembali tenaganya. Lalu berusaha lagi untuk bangkit, berdiri.
Dia berdiri…..berdiri....
Yah dia mampu berdiri walau tidak sempurna. Lengan kirinya kembali disandarkan di dada, sedang tangan kanannya di sanggahkan pada sebuah tongkat yang masih bergetar. Mulutnya mulai komat-kamit lagi. Pandangaannya tertunduk pasrah, ikhlas. Terkadang matanya di pejamkan. Desiran nafasnya sedikit getas, tidak halus lagi. Dia bebas, merdeka. tapi tak berkuasa atas raganya.
Putih, tenang, lembut, syahdu seperti ada aura bulan yang manghampiri wajahnya. Sedikit bulu-bulu halus menyelimuti wajahnya. Mahkotanya mulai menghilang perlahan di sapu usia. Warnanya berubah menjadi perak. Badannya di bungkus kain putih, seperti malaikat. Melihatnya, Izrail pun akan tersenyum. Masih dua rakaat lagi Pak Tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H