Meski kau tlah membumbui 30 hariku dengan berjuta-juta liter tetesan air.
Tidak kupungkiri untuk merasakan jengkel yang berrkepanjangan terhadapmu.
Meski kau tlah menghantui di setiap malam yang dingin
Tidak kupungkiri untuk merasakan takut yang berlarut dalam kesunyian...
Tapi..
Tenang November, aku sama sekali, sama sekali tak membencimu..
Meski air hujan yang kau curahkan sederas dengan tetesan air mata yang kurasa
Itu sama sekali tak membuatku untuk membenci kedatanganmu
Kau sama sekali tak bersalah, sungguh tak bersalah..
Sang November, tersenyumlah..
Â
Bila terbesit rasa jengkel dan kesalku kepadamu
Maafkan..
Dan bila terbesit rasa curigaku kepadamu
Maka.. lupakanlah..
Â
Sebenarnya, hadirmu tak hanya mendatangkan hujan dan dingin
namun inspirasi kepada ku untuk menuliskan sebuah kisah yang teramat sangat
tak dapat dilupakan, dan kisah itu kutuangkan dalam butiran karakter melalui pena digital ini
kisah tersebut kubuat dalam satu cerita yang berjudul "November Rain"
Â
November Rain... Kisah seorang pemuda yang selalu dirundung kesedihan kala
November Tiba.
November Rain... Kisah Cinta berujung pahit, berujung dusta, dan berujung duka
Sendu rasanya mengumpulkan diksi dalam kisah ini..
Terlebih, kala kisah ini belum usai dan tuntas.. Kau malah hendak pergi begitu saja..
Esok kau tlah sirna.. tergantikan bulan yang tak seistimewa dirimu..
November November... Sebenarnya hendak kemana Kau?
Sampai juga lain waktu. Kirimkan kisah indah kelak in the cold November Rain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H