Mohon tunggu...
Ihwan Hariyanto
Ihwan Hariyanto Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger dan Vlogger di Keluarga Biru

Content creator dari Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Obat Kesedihan dari Ustadz Sonny Abi Kim

8 April 2022   23:59 Diperbarui: 9 April 2022   00:37 2941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang Anda lihat dari foto ini? Senyum bahagia dari seorang ayah yang menemani anak-anaknya main di sebuah pantai? Saya beritahu sebuah rahasia, sebelum liburan ke pantai pria ini baru saja mengetahui sebuah fakta menyakitkan yang menghancurkan hatinya. Namun dia memilih untuk tetap melanjutkan rencana liburan keluarga karena tidak ingin anak-anaknya sedih. Maklum, anak-anak sudah lama tidak ke pantai dan mereka sangat bersemangat ketika diberitahu rencana liburan ke pantai. Saya tidak tega jika sampai harus menggagalkan rencana liburan kami karena sakit hati yang saya rasakan.

Saya tidak bisa menceritakan fakta menyakitkan apa yang saya ketahui namun yang jelas sangat menguncang hati dan jiwa saya. Bahkan saya masih bisa merasakan bagaimana dada ini bergemuruh dan tangan gemetar menahan rasa sakit dan amarah. Seseorang telah menyalahgunakan kepercayaan saya, itu saja benang merahnya.

Saat sekolah dulu saya sering dibully oleh teman-teman namun tingkat depresi saya dulu hanya sampai tahap malas masuk sekolah, bukan sampai yang depresi dan ingin bunuh diri. Namun sayangnya masalah kali ini membuat saya sangat terluka, merasa diri tidak berarti dan bertanya-tanya: "Apa salah dan kekurangan saya hingga sampai diperlakukan seperti ini?"

Begitu hancurnya saya, sampai-sampai saya memiliki keinginan untuk bunuh diri. Itu semua terjadi karena saya sudah memaafkan dan memberi kesempatan untuk memperbaiki namun kesalahan itu diulangi sampai 5 kali. Hati ini terluka lagi dan lagi hingga di kejadian yang terakhir saya sampai di tahap tidak bisa menangis.

Di suatu pagi ketika saya sedang melihat status WA kontak di HP, saya melihat status salah satu teman blogger yang berupa video seorang ustadz yang sedang memberikan tausiyah dengan judul: 5 kesadaran yang harus kita punya supaya kita lebih mudah berlapang dada. Saya langsung tersentuh begitu mendengar point demi point.

  1. Sadari semua terjadi atas izin Allah. Semua kejadian sudah tertulis dan orang-orang yang beriman selalu yakin bahwa semua yang tertulis pasti lebih indah dari semua yang kita inginkan.
  2. Sadari bahwa semua pasti baik dari Allah. Urusan orang beriman itu semua baik tidak ada yang buruk. Enak atau enggak enak ujungnya pasti kebaikan. Maka jagalah baik sangka itu.
  3. Sadari semua sudah terukur. Allah tidak akan membebani kita melebihi kemampuan kita. Maka yang Allah uji bukan kemampuan kita tapi kemauan kita. Mau nggak kita menerima, mau nggak kita ngaku, mau nggak kita ngadu bahwa kita ini lemah di hadapan Allah.
  4. Sadari semua kejadian yang nggak enak, kesedihan dan kepahitan itu bisa menggugurkan dosa. Maka apakah kita tidak bahagia dengan itu semua kalau kita yakin semua kepahitan itu bisa jadi kafarah (penggugur dosa).
  5. Sadari semua bisa ditolong oleh Allah. Kita harus yakin bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat.

Hati saya yang saat itu sedang terasa sakit, terluka dan hancur seperti mendapatkan obatnya. Mendengar ustadz tersebut berbicara saya seperti ngobrol dengan seorang teman atau kakak yang memahami kesedihan yang sedang saya alami. Sayangnya di video tersebut tidak tercantum nama sang ustadz padahal saya ingin mendengarkan tausiyah-tausiyah lainnya dari beliau.

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan namun saya tidak kunjung menemukan nama ustads tersebut. Saya selalu memutar kembali video 5 kesadaran di atas setiap kali saya mulai merasa sedih dan down.

Biidznillah (dengan ijin Allah) akhirnya saya berhasil menemukan nama ustadz tersebut setelah saya googling dengan keyword 5 kesadaran. Ternyata nama ustadz muda tersebut adalah Sonny Abi Kim, seorang Master trainer PPA (Pola Pertolongan Allah) yang memberikan materi PPA yang berisi tentang pemahaman tauhid aplikatif. Beliau juga merupakan salah satu pendiri PPA Institute.

Setelah mengetahui nama Ustadz Sonny, saya pun tergerak untuk mendengarkan tausiyah-tausiyah beliau yang lain. Materi-materi yang diberikan ternyata related banget dengan keadaan hati dan jiwa saya. Misalnya: Boleh nggak sih kita bersedih. Ustadz Sonny bilang bahwa kita boleh bersedih selama kita mengadukan kesedihan itu kepada Allah.

Secara garis besar Ustadz Sonny mengajak kita untuk menyadari bahwa sebaik dan se-empati apapun orang lain, mereka tidak akan bisa memahami secara utuh apa yang kita rasakan. Satu-satunya yang bisa memahami kesedihan, kepahitan dan rasa sakit yang kita rasakan adalah Allah. Dari situ kita harus yakin bahwa curahan keluh kesah seharusnya yang pertama kita tujukan kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun