Mohon tunggu...
Ihsan Subhan
Ihsan Subhan Mohon Tunggu... -

lahir di Cianjur 02 Desember 1987. Menggiati komunitas dan forum sastra di Cianjur. Belajar menulis adalah aktivitas yang rutinitas, selain makan dan tidur...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anomali Curhat

17 Agustus 2010   14:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hey, Sebentar.

Aku ingat sesuatu. Mungkin kau mengingatnya juga.

Karena kenangan itu tidak akan bisa kita lupakan. Manusia sudah diberi anugrah yang keren sama Allah. Manusia sudah disetting sedemikan rupa otaknya. Agar dapat mengingat dan menjadi pengingat yang baik.Terutama agar dapat mengingat dari mana kita dilahirkan, diciptakan, dan akan ke mana kita pulang. Seperti yang tertuang dalam Al-Quran; "...Innalillahi wa inna illahiroji'uun...(Al-Baqoroh:156)

Teman-teman,ternyata kutipan ayat di atas memiliki makna yang luas dan dalam. Ayat tersebut tidak hanya diperuntukan untuk seseorang yang kita lihat dalam keadaan tidak hayat lagi. Tidak hanya untuk orang yang rumahnya berkibar bendera kuning—kematian. Tapi ini merupakan peringatan untuk kita juga; bahwa hidup adalah perjalanan sementara di dunia, maka kita harus istighfar(ingat), kita harus mengenang juga hal sakral ini. Dari mana kita lahir dan ke mana kita akan pulang. Jika kita diberikan cobaan yang sulit menurut kita, maka kembalilah kepadaNya, jika kita menemukan aral yang menebal, maka kembalilah padaNya, pendek cerita jika kita sedih dalam mengenang seseorang karena sukar untuk menemuinya, maka kembalilah padaNya. Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Bersabarlahkawan.

Dulu sekali sebelum kita terpisahkan lebih jauh lagi dengan kenangan-kenangan kita. Pada malam yang entah kesekian kalinya kita merindukan dia. Dan ingin sekali kembali padanya. Kita menjadi dulu lagi dengan semangat baru. Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali (pulang) padaNya. Tanpa kita sadari karena ada suatu keyakinan yang sudah diterapkan jauh hari sebelum dan sesudah kita lahir bahwa dengan jalan lurus yang sudah dikabari Tuhan dari Al-Quran atau dari beberapa Sunnah yang diajarkan Rosulallah. Jika kita ingin selamat maka kita harus kembali padaNya.

Dengan niat baik. Kita pun kembali padaNya. Dengan harapan agar apa yang kita inginkan dapat diberikan jalan yang terbaik untuk menempuh perjalanan hidup ini. Karena kita belum MENIKAH, dan belum juga mendapatkan jodoh yang mantap. Kita beserah diri padaNya. Dengan mengikuti petunjuk yang sudah ditetapkanNya, dengan hati tertuju pada maskud kita. Ya. Tiada lain kita menginginkan  jodoh kita adalah seseorang yang dulu pernah kita sayangi, yang pada saat ini hanya kenanganlah yang melekat pada hati dan sekujur tubuh kita, bahkan darah-darah kita mungkin masih mengalir deras atas kenangan itu. Allah meciptakan kekuatan doa yang sangat ajaib. Pada saat kita melakukan kebaikan—ibadah ritual maupun sosial dengan disiplin. Tentunya dengan seruang harapan yang ingin dicapai. Subhanallah lagi, kita mendapatkan celah dan kabar yang baik untuk bisa bersilaturahim dengan si dia. Tapi mungkin kita agak menjadi dulu lagi. kita kembali pada pertemuan yang selalu gugup, pada pembicaraan yang kaku, pada merahnya pipi saat kita malu.

Tuhan memang selalu menyayangi umatnya apalagi yang beriman dan bertakwa kepadaNya. Semoga dengan semangat keyakinan dan ketakwaan, kita dapat menjadi orang-orang yang beruntung dan diberikan jalan yang terbaik dalam menjalani kehidupan habluminannas. Semoga selalu ada doa yang ajaib. Doa bagi orang-orang yang meyakiniNya agar kita meraih kembali kenangan itu tanpa harus mengenang lebih lama. Amin.

Limbangan sari,  16 Agustus 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun