Mohon tunggu...
Iksan Salang
Iksan Salang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semarang

kita sama tapi beda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Untuk Kita, Mahasiswa

9 Juni 2022   23:04 Diperbarui: 9 Juni 2022   23:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bicara mengenai mahasiswa di kota Semarang dalam kacamata intelektual sungguh pelik, dan sangat miris sekali. Kenapa demikian, tentu ada hal mendasar sehingga argumentasi ini ada.

Ketika kata intelektual itu ada, tentu nuansa keilmuan sangat hidup dan berkembang sebagaimana tokoh-tokoh mahasiswa tahun 1960-an yang saling bertengkar lantaran kaya akan pengetahuan. Maka demikian layak untuk bahasa intelektual pun menjadi jargon pada siapa yang sangat radikal dalam pikirannya.

Begitupun mahasiswa di kota Semarang, dengan berbagai latar belakang basic keilmuan, dan berbagai universitas (negeri dan swasta) agak sangat disayangkan dengan kapasitas intelektual yang biasa-biasa saja, bahkan minim.

Kita tidak sedang mencurigai satu sama lain. Tapi coba kita untuk jujur bahwa kekayaan intelektual kita saat ini apakah ada, lalu sampai mana dan bagaimana perkembangannya?

Tentu hal ini harus kita jawab segera mungkin, karena itu yang kita butuhkan saat ini. Kita telah kehilangan aset yang sangat penting, kita bahkan kehilangan arah gerakan, dan kita telah kehilangan posisi ditengah masyarakat.

Apa sebenarnya yang menjadi akar persoalannya?

Coba pelan-pelan kita dudukan kembali akar problem nya, setidaknya ada dua hal,

yang pertama, kita sudah tidak lagi menggunakan pengetahuan yang cukup untuk membaca realitas, bagaiman hal itu bisa terjadi sebab kita terlena ditabrak oleh zaman yang serba serbi ini, disamping itu juga untuk menjangkau pengetahuan yang cukup kita harus membuka cakrawala pengetahuan itu sendiri entah dari baca, diskusi dan lainnya. Namun sayang, hal ini hampir luput tak rutin dilakukan.

Yang kedua, arah gerak kita sebenarnya kemana, hal ini akan kita jawab apabila kita sudah cakap dalam membaca realitas dan mampu untuk menggunakan metode gerakan yang tetap sasaran. Hal ini pun kita tidak pernah dudukan.

Demikianlah realitas kita saat ini lalu apa yang mau kita banggakan? pelabelan intelektual hari ini sangat jauh dari maknanya, bahkan kita kehilangan jati diri sebagai mahasiswa yang punya intelektual.

Kita tidak boleh terus begini, mau sampai kapan. Sudah saatnya kita kembali mengaktifkan embrio gerakan dengan formulasi baru dan ketajaman khazanah intelektual, itu saja yang menjadi asas kita selama menjadi mahasiswa. Dengan itu semua kita akan kembali pada poros intelektual yang cakap dalam gerakan dan sustainable dalam perjuangan.

Salam perjuangan.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun