Perundungan atau bullying di Indonesia merupakan isu yang serius dan memerlukan perhatian lebih. Kenakalan remaja ini seolah-olah tidak luput menjadi sorotan di kalangan masyarakat setiap tahunnya sebab marak dan tinggi peningkatannya. Perundungan, atau yang sering disebut sebagai bullying, merupakan masalah serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ini adalah perilaku yang merugikan yang dapat terjadi di berbagai lingkungan
Perundungan di Indonesia telah menjadi isu yang semakin mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Banyak laporan dan cerita individu tentang perundungan muncul di media sosial, memberikan wawasan tentang sejauh mana masalah ini telah meresap dalam masyarakat.
Sektor pendidikan di Indonesia juga tidak luput dari masalah perundungan. Seringkali, perundungan terjadi di sekolah-sekolah, dan ini dapat berdampak buruk pada perkembangan fisik dan psikologis anak-anak. Peran sekolah dan pendidik dalam mengatasi perundungan sangat penting. Program anti-perundungan harus diterapkan dan ditingkatkan di seluruh lembaga pendidikan.
Penelitian lainnya oleh Retnoningsih menunjukkan bahwa para pelaku perundungan sebenarnya berawal dari statusnya sebagai korban perundungan sehingga tidak terelakkan bahwa pelaku perundungan biasanya juga memiliki motivasi berupa "balas dendam" dalam melakukan perundungan.Â
Stigma masyarakat terhadap maskulinitas laki-laki juga nyatanya menjadi penyumbang optimal mengenai persepsi perundungan pada pelaku perundungan menurut Suryadi dan Nasution (2019). Memegang peringkat tertinggi pada survei FSGI tersebut tentu suatu mimpi buruk bagi kementerian.Â
Nadiem Makarim sebagai Menteri Kemdikbudristek Dikti sendiri menyampaikan bahwa perundungan merupakan salah satu dari tiga dosa besar pendidikan bagi anak muda Indonesia. Nadiem sangat tegas untuk selalu berupaya menghilangkan miskonsepsi tentang perundungan yang dianggap dapat memperkuat mental pelajar. Baginya pendidikan karakter tidak seharusnya disampaikan melalui cara kekerasan yang dapat mengundang trauma.
Menyaksikan fenomena dan fakta kasus perundungan ini tentu sangat menyedihkan dan merisaukan, mengingat pendidikan seharusnya menjadi dapur sosial masyarakat. Jenis jenis bullying juga sangat beragam, mulai dari bullying secara fisik, verbal, sosial, hingga cyber bullying. Terlebih anak-anak zaman sekarang yang sudah sangat dekat dengan dunia digital, cyber bullying rentan sekali terjadi melalui media sosial.
Untuk mengatasi masalah perundungan di Indonesia, diperlukan kerja sama dari seluruh masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan individu sangat penting dalam mengatasi perundungan. Kasus bullying di Indonesia sudah sering sekali terdengar. Bahkan ada juga yang berakhir dengan kematian.
menghentikan bullying harus dilakukan oleh semua pihak baik itu keluarga maupun sekolah. Bullying harus dihentikan sekarang juga! Mengapa? Karena dampaknya sangat luas sekali mulai dari prestasi akademis, kehidupan sosial, kesehatan mental dan fisik anak, hingga keselamatan nyawa anak.Â
Oleh karena itu, Guru Pintar dan seluruh warga sekolah harus mengambil langkah untuk mencegahnya. Lebih-lebih jika kasus bullying sudah terjadi, maka jangan tunggu terlalu lama, segera hentikan bullying di sekitar kita!
cara mengatasi bullying di sekolah
1.deteksi dengan tindakan bullying sejak dini
2.memberikan sosialisasi tentang bullying
3.memberikan dukungan pada korban
4.membuat peraturan yang tegas tentang bullying
5.memberikan teladan atau contoh yang baik. Mengajarkan siswa untuk melawan bullying
6.Membantu pelaku menghentikan perilaku buruknya
Dampak bullying bagi korbannya sangatlah dahsyat. Beberapa contoh dampak bullying antara lain: depresi dan gangguan kecemasan, merasa sedih dan kesepian, terjadinya perubahan pada pola tidur dan makan, berkurangnya ketertarikan terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi, masalah kesehatan, hingga menurunnya prestasi akademis. Bagi pelaku, dampaknya bisa sampai pada kriminalitas. Yuk kita hentikan segala bentuk perundungan di sekitar kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H