Mohon tunggu...
Ihsan Mahdi
Ihsan Mahdi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh Pena

Membaca Aku Hidup. Menulis Aku Merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Samar-Samar

7 September 2021   17:26 Diperbarui: 7 September 2021   17:31 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 21:03 malam, Samar, Ibu dan Ayahnya belum kunjung pergi berlayar diatas sampan yang empuk dan memanjakan, kasur. Ditengah ruang keluarga, sang Ayah (Samir 45 tahun) sedang asik menonton televisi untuk melahap segala macam informasi media massa terkait perkembangan aktivitas sosial, hukum, politik, dunia hiburan tanah air maupun manca negara. Sedangkan samar sedang berada diatas meja makan ruang dapur yang bersebelahan dengan ruang tamu sembari menemani ibunya (Risma 43 tahun) yang sedang sedang asik membaca buku tentang resep makanan. Samar, remaja usia 20 tahun tersebut sedang asik menyimak segala macam informasi dari sosial media yang ada dalam Handphone genggam miliknya. Ditengah keasikan samar menggeser-geser jari diatas layar, tiba-tiba dari arah ruang tamu terdengar suara pembawa acara berita yang mengetuk-ngetuk gendang telinga dan pikirannya.

"Kembali lagi bersama kami dalam berita hari ini. Seorang public figure berinisal VIIIXMMXXI diamankan oleh pihak kepolisian karena diduga atas kepemilikan narkotika berjenis sabu. Public figure tersebut diduga mendapatkan barang haram dari sorang pengedar yang sejak beberapa hari silam terlebih dahulu berhasil diringkus oleh pihak kepolisian. Public figure tersebut ditangkap tanpa perlawanan. Public figure tersebut kemudian dibawa ke kantor kepolisian untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut"

Beberapa detik kemudian terdengar seperti suara penuh tenang seorang juru bicara pihak kepolisian memberikan keterangan wawancara singkat kepada wartawan:

"Betul, kami sudah mengamankan seroang Public figure yang berinisial VIIIXMMXXI. Dari tangannya kami berhasil menyita barang bukti berupa 0,8 gram sabu dan 2 buah pil ekstasi serta satu buah alat hisap sabu. Informasi terkait saudara VIIIXMMXXI ini kami dapatkan dari seorang pengedar yang sebelumnya sudah berhasil kami amankan terlebih dahulu"

Setelah mendengar suara tersebut, dari ruang dapur Samar bergegas menghampiri Ayahnya untuk memperlihatkan suatu hal yang samar-samar, aneh, dan tidak sinkron antara apa yang ia dengar dari televisi dan apa yang ia lihat dari Handphone genggamnya:

Samar: "Ayah, coba lihat dan baca ini." Samar menyodorkan Handphone kepada Ayahnya.

Pak Samir: "Hmm." jawab pak samir setelah melihat dan membaca sebuah bentuk postingan foto dan deskripsi dibawahnya yang ada pada sosial media dalam Handphone samar.

Samar: "Bagaimana menurut ayah, mana yang benar?" Informasi yang ini atau yang ada di Televisi barusan?" tanya samar dengan dahi mengkerut.

Pak samir: "Pertama, ayah bangga sama kamu karena sudah mau mempertanyakan kebenaran terkait hal ini dan tidak serta merta langsung mevonis salah siapapun. Kedua, yang perlu kamu ketahui bahwa setiap informasi yang ditawarkan oleh media manapun tidak lepas dari kepentingan yang bersifat benar dalam artian benar-benar untuk menyampaikan fakta dari sebuah peristiwa yang sebenar-benarnya kepada masyarakat, atau bisa jadi kepentingan sebaliknya, pengalihan isu, sensaional atau yg lebih parah, propaganda. Ketiga, setiap dari kita memiliki hak masing-masing untuk menilai suatu informasi tersebut benar atau salah berdasarkan naluri disiplin keilmuan dan pengalaman yang kita miliki, namun tentu dengan tidak mengabaikan fakta-fakta yang sesungguhnya terjadi dalam informasi tersebut. Dan kita jangan pernah berhenti pada suatu jawaban sampai menemukan jawaban yang sebenarnya dari fakta kejadian yang sebenar-benarnya". Jawab pak Samir penuh bijak.

Samar: "Lalu apa yang menjadi harga sebuah kebenaran ataupun kesalahan dari informasi tersebut ayah?" sekali lagi tanya Samar dengan dahi yang masih mengkerut.

Pak Samir: "Cerdas! Harga kebenaran sekaligus ketidakbenaran dari sebuah informasi adalah dampak yang ditimbulkan oleh informasi itu sendiri. Hati nurani mu akan mengonfirmasi suatu kebenaran ataupun ketidak-benaran suatu informasi melalui proses penyaringan ketat yang dilakukan oleh akal. Untuk mencapai hal tersebut, kebersihan akal kita sangat dituntut untuk dapat menjadi penyaring yang higenis sehingga menghasilkan pandangan-pandangan berkualitas dengan sentuhan-sentuhan akal sehat dalam menilai baik maupun buruk suatu informasi.

Samar: "Wow, apa yang ayah bicarakan barusan?" tanya Samar dengan penuh bingung karena sulit mencerna apa yang pak Samir sampaikan.

Pak Samir: "Hahahahahahaha" Pak Samir tertawa.

Kemudian, pak samir melanjutkan:

Pak Samir: "Intinya, Samar. Dalam teaterikal panggung sandiwara hidup, kita sebagai manusia jangan pernah dengan mudah menjudge atau memvonis siapapun sebelum kita benar-benar tau dari fakta kejadian yang betul-betul kredibel dari sumber yang valid. Silahkan gunakan kacamata masing-masing dalam menilai, namun jangan pernah merasa diri paling benar. Bisa jadi kita benar hanya pada satu konteks, tapi keliru pada konteks-konteks lain. Iblis juga benar ketika ia menggugat Tuhan bahwa "secara unsur" derajat api lebih tinggi dari tanah. Tapi pada konteks lain Iblis jelas keliru, karena ia tidak taat pada Tuhan yang telah menciptakannya. Iblis tetap lah iblis, ia berdiri teguh pada kesombongan dan keegoisannya. Alhasil, tercampakkan la ia dari surga. Kaaasian kaaasian kasiaaan". Jawab pak samar setengah bercanda disertai tawa semeringah dirinya.

Setelah percakapan tersbut Samar pun bergegas masuk kamar untuk pamit berlayar dan berharap suatu hari ia mampu mencerna dari yang apa sang Ayah sampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun