Samar: "Wow, apa yang ayah bicarakan barusan?" tanya Samar dengan penuh bingung karena sulit mencerna apa yang pak Samir sampaikan.
Pak Samir: "Hahahahahahaha" Pak Samir tertawa.
Kemudian, pak samir melanjutkan:
Pak Samir: "Intinya, Samar. Dalam teaterikal panggung sandiwara hidup, kita sebagai manusia jangan pernah dengan mudah menjudge atau memvonis siapapun sebelum kita benar-benar tau dari fakta kejadian yang betul-betul kredibel dari sumber yang valid. Silahkan gunakan kacamata masing-masing dalam menilai, namun jangan pernah merasa diri paling benar. Bisa jadi kita benar hanya pada satu konteks, tapi keliru pada konteks-konteks lain. Iblis juga benar ketika ia menggugat Tuhan bahwa "secara unsur" derajat api lebih tinggi dari tanah. Tapi pada konteks lain Iblis jelas keliru, karena ia tidak taat pada Tuhan yang telah menciptakannya. Iblis tetap lah iblis, ia berdiri teguh pada kesombongan dan keegoisannya. Alhasil, tercampakkan la ia dari surga. Kaaasian kaaasian kasiaaan". Jawab pak samar setengah bercanda disertai tawa semeringah dirinya.
Setelah percakapan tersbut Samar pun bergegas masuk kamar untuk pamit berlayar dan berharap suatu hari ia mampu mencerna dari yang apa sang Ayah sampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H