Apa yang terlintas dalam kepala anda ketika mendengar kata rumah tangga? Yap, organisasi kecil yang dihasilkan oleh perkawinan antara sepasang manusia. Perkawinan tidak hanya melahirkan organisasi kecil semata, perkawinan turut pula menjadi sebuah industri kecil yang memiliki tanggung jawab untuk melahirkan produk-produk terbaik yang disebut anak.
Anak atau Anak-anak yang dilahirkan dalam hubungan perkawinan menjadi kunci untuk melanjutkan tradisi-tradisi perkawinan berikutnya. Baik buruk rumah tangga orang tua mereka, tentu akan menjadi cermin untuk bekal anak dalam perkawinan yang akan ia jalani kelak. Hubungan perkawinan tidak hanya perjanjian antara manusia sesama manusia, akan tetapi sebuah perjanjian antara manusia dan tuhannya. Â
Dewasa ini tidak sedikit dari kita yang masih terjajah dalam berumah tangga. Ada yang terjajah oleh uang, nafsu, pengaruh sosial, lingkungan, pengaruh media, memasang ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap pasangan, tuntutan hidup yang berlebihan, dan lain semacamnya.
Parahnya lagi apabila suatu hubungan perkawinan hanya dianggap sebagai sarana untuk suatu kepentingan pribadi, hanya dijadikan sebuah sistem untuk melancarkan aksi bejat individu, sehingga hubungan perkawinan kehilangan mahkota kesakralannya.
Hal tersebut menjadikan posisi perkawian dalam situasi berbahaya. Hubungan perkawinan selalu menjadi dampak baik dan buruk dari setiap keegoisan pasangan yang menjalankannya. Akibatnya, tak jarang perkawinan diterjang oleh badai besar kehidupan sehingga mengharuskan berujung di hadapan meja hijau, Perceraian. Â
Rumah tangga harus merdeka. Lalu bagaimana cara membuat rumah tangga merdeka? Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab oleh kebersihan akal dan hati setiap individu yang menjalankannya. Untuk menuju kepada kebersihan akal dan hati, tiga konsep dibawah akan sedikit membantu anda untuk meraih kemerdekaan dalam berumah tangga. Â
1. Syukur
Faktor ekonomi selalu menjadi momok bagi setiap hubungan perkawinan. Ketika rumah tangga berada pada suatu kondisi menengah kebawah dalam hal ekonomi, keributan dan perselihan dalam rumah tanggapun tak terhindarkan. Begitupun sebaliknya, ketika rumah tangga berada pada suatu kondisi menengah keatas dalam hal ekonomi, perselingkuhan pun banyak terjadi.
Kedua-duanya sama-sama berada pada hasil akhir, Perceraian. Faktor ekonomi tidak hanya melahirkan pertengkaran dan perselingkuhan, akan tetapi turut pula menjurus pada tindak kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal ini tentu acap kali yang menjadi korban adalah perempuan.Â
Budaya buruk semasa remaja yang terbawa dalam rumah tangga, turut menjadi pengaruh bagi usia hubungan rumah tangga. Kebiasaan mabuk-mabukan, perjudian, mengkonsumi obat-obatan, pecandu, sudah pasti menjadi permasalahan serius yang dapat mempengaruhi kesehatan rumah tangga.