Prolog: tulisan ini adalah artikel kolom pada Tabloid mingguan KONTAN edisi 14-20 May 2012 halaman 23. Selamat menikmati…
May Day yang jatuh pada tanggal 1 Mei lalu merupakan hari buruh sedunia. Di Jakarta, Hari Buruh ini dirayakan dalam bentuk aksi demontrasi besar para pekerja. Mereka berkumpul di lokasi favorit untuk unjuk rasa, seperti Bundaran Hotel Indonesia dan Monumen Nasional. Salah satu agendanya adalah permintaan penghapusan sistem outsourcing dari UU No.13 tahun 2003.
Sebenarnya, apa outsourcing? Secara harfiah, outsourcing adalah memanfaatkan sumber dari luar. Namun, dalam konteks manajemen, outsourcing bertujuan melepaskan sebagian kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga dalam sebuah ikatan perjanjian kerja sama. Outsourcing inilah yang menyediakan sumber-sumber yang dibutuhkan perusahaan. Misalnya sumber daya manusia, dukungan teknis, atau sumber daya infrastruktur.
Kenapa harus outsourcing? Alasannya, ingin fokus kepada kompetensi inti perusahaan. Misalnya Apple Inc., perusahaan teknologi yang produknya mendunia seperti iMac, iPod, iPhone, dan iPad. Dalam hal ini, Apple hanya fokus kepada pengembangan sistem, arsitektur, dan desain teknologi produknya. Sedangkan proses pabrikasi produk diserahkan kepada pihak ketiga yang berada di negara di benua lain. Artinya, Apple melakukan outsourcing karena ingin fokus meningkatkan value perusahaan di rekayasa produk.
Secara manajemen operasional, perusahaan menciptakan value dalam dua pendekatan strategi. Pertama, low-cost leadership, yaitu mendorong perusahaan menekan biaya produksi sampai tingkatan kualitas tertentu. Lalu, menjual produknya dengan harga rata-rata pasar untuk memperbesar profit, atau menjual dengan harga lebih rendah dari pasar untuk memperbesar pangsa pasar.
Kedua, differentiation, yaitu pengembangan produk yang bersifat unik yang memiliki nilai tinggi. Pembeli menganggap produk tersebut lebih baik dan bermanfaat dibanding tawaran produk perusahaan lain, meski harga produk tersebut di atas rata-rata harga pasar atau bersifat premium.
Hanya sedikit perusahan yang menjalankan kedua strategi di atas dan berhasil. Apple memakai strategi low-cost leadership dengan melakukan outsourcing pabrikasi produknya. Sementara itu, produknya sendiri memiliki diferensiasi dari sisi desain, fungsi, maupun keandalan. Alhasil, pembeli pun rela membayar harga premium, bahkan antri panjang saat penjualan di hari pertama. Tidak heran bila pendapatan akibat diferensiasi maupun profit akibat low-cost leadership perusahaan ini selalu bertumbuh.
Rangkaian value
Dalam value chain framework, ada dua kegiatan yang saling terikat untuk menaikkan value perusahaan, yaitu primary activities dan support activities. Tujuannya secara umum adalah untuk menciptakan value dalam sebuah bentuk kelompok kegiatan yang saling berurutan.
Manajemen harus memutuskan bagaimana perusahaan akan menjalankan fungsi dan proses bisnis pada masing-masing kelompok kegiatan sampai menghasilkan produk akhir ke tangan pembeli. Kelompok kegiatan berurutan dalam primary activities meliputi manajemen logistik bahan baku, operasional, distribusi, penjualan dan pemasaran, serta dukungan layanan. Ujungnya akan membentuk profit perusahaan.
Sedangkan kelompok kegiatan support activities mencakup manajemen pembelian bahan baku, pengembangan sistem dan teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur perusahaan. Karena sifatnya hanya dukungan bukan core competence perusahaan, biasanya sebagian besar outsourcing dilakukan di kegiatan-kegiatan ini.