Mohon tunggu...
Ihsan Aufa
Ihsan Aufa Mohon Tunggu... Novelis - Murid SMKN 11 Semarang

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bakti Sadhana

27 Juli 2023   19:34 Diperbarui: 31 Juli 2023   12:32 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaleen, seorang pemuda yang baru saja di terima di SMK 11 Semarang. Saat ini dia sedang menjalani program MPLS di sekolahnya. Hari demi hari dia jalani dengan rasa kesal dan umpatan-umpatan pada para guru. Dia selalu berangkat dengan wajah kesal dan pulang dengan wajah kesal juga. 

***

Hari itu adalah hari terakhir MPLS. Kaleen sedang tertidur pulas di kasurnya. Tak lama ibunya datang dan mulai duduk di sampingnya. Dia belai rambut anaknya dengan lembut sambil berusaha membangunkan anaknya. 

"Kaleen. Ayo bangun nak. Kamu nanti telat lho," ucap ibunya dengan suara yang lembut dan sangat menenangkan. 

Tak lama Kaleen bangun dari tidurnya dan langsung mengeluarkan ekspresi yang marah. 

"Aaahhh. Ibu kok malah bangunin si! Lagi seru-serunya lho. Males ah!" ucapnya dengan nada yang tidak senang. 

"Maaf nak. Tapi ini sudah jam setengah 6. Nanti kamu bisa terlambat," balas ibunya sepenuh hati. 

"Ah. Bodo lah. Udah siapin sarapan sana," bentaknya cukup keras. 

Setelah mengatakan itu, Kaleen langsung mengambil pakaian dan segera mandi. Di saat yang sama ibunya langsung menyiapkan keinginan anak tercintanya. Beberapa menit berlalu Kaleen berteriak "Buuuk, dasiku mana sii!! Kan kemarin udah tak bilang taruh di meja aja! Bikin pusing aja ah ibuk!" 

Mendengar itu, sang ibu langsung bergerak dan berhenti di depan Kaleen. Dia buka sebuah laci di samping kirinya dan mengambil dasi Kaleen dari sana. 

"Maaf. Kalo ibu taruh di meja gitu aja. Nanti takutnya kotor," balas ibunya penuh kasih. 

Melihat itu, Kaleen langsung mengambil dan memakai dasinya itu. Beberapa menit berlalu mereka berangkat ke sekolah dengan Kaleen yang tidak memakan sarapan yang sudah disiapkan sang ibu. Beberapa jam berlalu para CPD di masukkan ke dalam sebuah kelas untuk di berikan sebuah materi tentang SMM. Di sana hampir semua siswa mendengarkan dan fokus pada materi kecuali Kaleen. Melihat itu, seorang gadis bernama Syifa berkata "eh, kamu kok main HP mulu si?" 

"Ah elah. Pelajaran gak guna itu. Mending push ML aja aku," respon Kaleen sedikit menjengkelkan. 

"Jangan gitu. Kasihan ibu kamu udah nganter kamu dari rumah. Kamu malah main-main doang dan enggak serius," balas Syifa berusaha menyadarkan Kaleen. 

"Heh. Asal kamu tahu ya. Ibu ku itu enggak becus didik aku. Tapi pagi aja dia main pegang-pegang kepalaku ama bangunin aku. Kalo dianya aja gak becus mending aku main-main aja," ucap Kaleen ceplas-ceplos. 

Seketika mata Syifa langsung berkaca-kaca. Dia melepaskan kontak mata dengan Kaleen. 

"Seandainya aku bisa merasakan itu lagi. Aku akan merasa jadi orang yang paling beruntung di dunia ini," ucapnya dengan air mata yang hampir menetes. 

"Ha? Maksudnya? Orang paling beruntung gila kamu!" respon Kaleen. 

Dia kembali menatap Kaleen dengan air mata dan senyuman yang terpampang jelas di wajahnya. 

"Orang tuaku sudah tiada," 

Seketika Kaleen hanya bisa diam. Dia langsung mengingat semua hal yang dia lakukan pada ibunya tadi pagi. Hanya ada rasa bersalah di benaknya. Dia hanya bisa diam membatu memikirkan semua yang telah dia lakukan. Hari itu dia habiskan dengan perasaan bersalah memenuhi kepalanya. Beberapa jam berlalu tiba saatnya untuk pulang. Kaleen keluar dari kelasnya dan berjalan menuju ke halaman sekolah. Saat tiba dia melihat ibunya sedang menunggunya. Seketika tangis Kaleen pecah, dia langsung berlari dan bersujud di depan ibunya. 

"Ibu, maafkan aku. Selama ini aku sudah banyak membuat ibu marah. Maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku," ucapnya dengan air mata yang membanjir wajahnya. 

Mendengar itu, ibunya tersenyum tipis, dia berlutut dan memegang bahu putranya. Dia angkat tubuh Kaleen dan menatap matanya. 

"Ibu akan selalu memaafkanmu. Apa pun kesalahanmu. Ibu pasti akan selalu memaafkanmu," ucapnya sambil memeluk tubuh putranya. 

Seketika tangis Kaleen semakin pecah dan langsung memeluk ibunya. 

Orang tua pasti akan terus memaafkan kesalahan anaknya. Apa pun kesalahan anaknya, orang tua pasti akan membukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya untuk sang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun