Melihat itu, Kaleen langsung mengambil dan memakai dasinya itu. Beberapa menit berlalu mereka berangkat ke sekolah dengan Kaleen yang tidak memakan sarapan yang sudah disiapkan sang ibu. Beberapa jam berlalu para CPD di masukkan ke dalam sebuah kelas untuk di berikan sebuah materi tentang SMM. Di sana hampir semua siswa mendengarkan dan fokus pada materi kecuali Kaleen. Melihat itu, seorang gadis bernama Syifa berkata "eh, kamu kok main HP mulu si?"Â
"Ah elah. Pelajaran gak guna itu. Mending push ML aja aku," respon Kaleen sedikit menjengkelkan.Â
"Jangan gitu. Kasihan ibu kamu udah nganter kamu dari rumah. Kamu malah main-main doang dan enggak serius," balas Syifa berusaha menyadarkan Kaleen.Â
"Heh. Asal kamu tahu ya. Ibu ku itu enggak becus didik aku. Tapi pagi aja dia main pegang-pegang kepalaku ama bangunin aku. Kalo dianya aja gak becus mending aku main-main aja," ucap Kaleen ceplas-ceplos.Â
Seketika mata Syifa langsung berkaca-kaca. Dia melepaskan kontak mata dengan Kaleen.Â
"Seandainya aku bisa merasakan itu lagi. Aku akan merasa jadi orang yang paling beruntung di dunia ini," ucapnya dengan air mata yang hampir menetes.Â
"Ha? Maksudnya? Orang paling beruntung gila kamu!" respon Kaleen.Â
Dia kembali menatap Kaleen dengan air mata dan senyuman yang terpampang jelas di wajahnya.Â
"Orang tuaku sudah tiada,"Â
Seketika Kaleen hanya bisa diam. Dia langsung mengingat semua hal yang dia lakukan pada ibunya tadi pagi. Hanya ada rasa bersalah di benaknya. Dia hanya bisa diam membatu memikirkan semua yang telah dia lakukan. Hari itu dia habiskan dengan perasaan bersalah memenuhi kepalanya. Beberapa jam berlalu tiba saatnya untuk pulang. Kaleen keluar dari kelasnya dan berjalan menuju ke halaman sekolah. Saat tiba dia melihat ibunya sedang menunggunya. Seketika tangis Kaleen pecah, dia langsung berlari dan bersujud di depan ibunya.Â
"Ibu, maafkan aku. Selama ini aku sudah banyak membuat ibu marah. Maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku," ucapnya dengan air mata yang membanjir wajahnya.Â