Mohon tunggu...
Ihsan Annaba
Ihsan Annaba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo semuanya! Perkenalkan, saya Muhammad Ihsan Annaba, dipanggil Ihsan, seorang mahasiswa random yang anda temukan. Saya bergabung di media ini karena saya ingin belajar membuat artikel, dan melihat-lihat dunia jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asal-Usul Konsep Maskulin dan Feminim dalam Sejarah Manusia

25 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada masa modern, perubahan besar dalam struktur sosial dan ekonomi telah meredefinisi maskulinitas dan feminitas. Revolusi Industri, misalnya, membawa perubahan dalam pembagian kerja, dengan perempuan mulai bekerja di sektor-sektor manufaktur dan semakin terlibat dalam pendidikan dan politik. Fenomena ini menantang pandangan tradisional tentang peran gender, di mana laki-laki masih dominan dalam dunia kerja dan perempuan dianggap lebih cocok untuk tugas-tugas domestik.

Gerakan feminisme yang dimulai pada akhir abad ke-19 dan berkembang pesat pada abad ke-20 juga memainkan peran kunci dalam meredefinisi feminitas. Perempuan mulai memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk hak suara, hak bekerja, dan kesetaraan di berbagai bidang kehidupan. Konsep feminitas yang dulunya lebih pasif dan subordinat kini berkembang menjadi lebih aktif dan pemberdaya.

Di sisi lain, maskulinitas juga mengalami perubahan. Pada abad ke-20, munculnya konsep "maskulinitas baru" yang lebih menekankan pada peran pria sebagai sosok yang emosional, peduli, dan terlibat dalam kehidupan keluarga. Maskulin tidak lagi diidentikkan dengan ketegasan semata, tetapi juga dengan kemampuan untuk menunjukkan empati dan kerentanannya.

Maskulin dan Feminin dalam Perspektif Antropologi

Dari perspektif antropologi, konsep maskulin dan feminin tidak hanya dilihat sebagai konstruksi biologis atau budaya semata, tetapi juga sebagai bagian dari dinamika kekuasaan, status, dan hubungan antarindividu dalam masyarakat. Studi tentang maskulinitas dan feminitas di berbagai masyarakat menunjukkan bagaimana gender bukanlah kategori tetap, melainkan hasil dari proses sosial yang terus berkembang.

Sebagai contoh, dalam banyak masyarakat adat, ada peran gender yang sangat berbeda dari norma-norma patriarkal yang dominan di dunia Barat. Misalnya, dalam beberapa suku di Papua New Guinea, ada masyarakat dengan peran gender yang lebih cair, di mana individu dapat memiliki sifat maskulin dan feminin yang lebih seimbang. Ini menunjukkan bahwa konsep gender dapat sangat bervariasi dan tidak selalu terikat pada peran yang sudah ditentukan.

Kesimpulan

Konsep maskulin dan feminin memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biologis, sosial, budaya, maupun ekonomi. Dari zaman prasejarah hingga era modern, peran gender terus berkembang, mencerminkan perubahan dalam struktur sosial dan pandangan masyarakat terhadap identitas dan peran laki-laki dan perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun