Pada malam penghabisan itu
Aku masih melihatmu
Tertidur abadi dibalut selembar kafan
Maut yang begitu pekat di keningmu;
Seperti mengekalkan ajal pada pembaringan terakhir
Pada malam penghabisan itu pula
Kunang-kunang semakin liar mengudara
Bagai kuku matimu mencakar cahaya
O, langit menjadi semakin berkarat
Kini menjelma pada kerutan tubuhmu
Akan kuTahlilkan: Aku di sini, di ruangan ini, masih melafadzkan
Tasbih yang dikirim bersama segumpal awan.
Dengan begitu, gerimis tidak lagi mengalir di mataku
Dan daun-daun yang bergaris keriput
Bukan satu-satunya tempat embun menetes
Lalu burung-burung menjerit dengan kibasan sayapnya
Sepertinya malaikat sedang menunggumu dibalik pintu
Sedang aku yang terus mengingat bayangan hidupmu
Masih bertahlil hingga ritual sakral berakhir
Tubuhmu kini bersandar pada kesetiaan bumi
O, yang dibalut kafan
Ingin ku buka dan mengecup keningmu
Dan merajut kembali rambutmu dengan doa
2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H