Filsafat Konvensional vs Filsafat Islam: Sebuah Analisis Komparatif Pengantar
Filsafat konvensional adalah suatu disiplin yang berusaha mencari sebab secara mendalam berdasarkan pemikiran dan akal manusia. Filsafat ini juga dapat menjadi pandangan hidup seseorang yang mendasari pemikirannya akan kehidupan yang ingin ia jalani. Filsafat konvensional mencakup berbagai aliran dan tradisi pemikiran, mulai dari rasionalisme dan empirisme hingga eksistensialisme dan postmodernisme.
Sementara itu, filsafat Islam merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan dalam peradaban umat Muslim, yang berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Filsafat Islam mencakup berbagai aliran dan tradisi pemikiran, mulai dari teologi kalam dan filsafat peripatetik hingga sufisme dan filsafat Illuminasi.
Filsafat, sebagai disiplin akademik, telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan sepanjang sejarah. Dua cabang utama filsafat yang telah memiliki pengaruh besar pada pemikiran manusia adalah filsafat konvensional dan filsafat Islam.
Membandingkan filsafat konvensional dan filsafat Islam memiliki berbagai tujuan dan manfaat. Salah satunya adalah memahami berbagai perspektif yang berbeda. Dengan membandingkan kedua filsafat ini, kita dapat memahami bagaimana masing-masing pendekatan menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan, pengetahuan, moralitas, dan realitas. Selain itu, perbandingan ini juga membantu kita menghargai keragaman dan kekayaan pemikiran manusia. Kedua filsafat ini, meski berbeda, memberikan kontribusi penting dalam memahami dunia dan kehidupan manusia. Proses membandingkan dan mengevaluasi dua pendekatan yang berbeda ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Selain itu, memahami perbedaan antara filsafat konvensional dan filsafat Islam dapat membantu individu menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam membuat keputusan moral, memahami dunia, atau menjelajahi pertanyaan-pertanyaan eksistensial.
Filsafat Konvensional
Filsafat konvensional memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi, mulai dari zaman Yunani Kuno hingga masa kini. Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta.
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan mitos belaka. Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu ramai dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates.
Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen. Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktrin-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiranyang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan
dihukum berat sampai pada hukuman mati.
Filsafat konvensional, yang mencakup filsafat Yunani kuno hingga filsafat modern, memandang dunia
sebagai objek pengetahuan dan manusia sebagai agen yang berusaha memahami dan
memanfaatkan dunia tersebut. Filsafat konvensional memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya
kepada peranan otak dalam berfikir.
Filsafat konvensional mencakup berbagai aliran dan tradisi pemikiran, mulai dari rasionalisme dan
empirisme hingga eksistensialisme dan postmodernisme. Meskipun ada perbedaan besar antara
aliran-aliran ini, mereka semua berbagi komitmen terhadap penggunaan akal dan logika dalam
mencari kebenaran.
Filsafat Islam
Filsafat Islam memiliki sejarah yang panjang dan bermula pada abad ke-8 ketika pemikir Muslim
seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina mulai mempelajari karya-karya Aristoteles dan filsafat Yunani
lainnya. Mereka berusaha menggabungkan filsafat Yunani dengan ajaran Islam untuk mencari
kebenaran mutlak.
Menurut Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, filsafat Islam lahir dari spekulasi filosofis tentang
warisan filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ketiga Hijriah atau abad
kesembilan Masehi. Penerjemahan berlangsung intens ketika Dinasti Abbasiyah memegang kendali
pemerintahan.
Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Seperti juga
pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang Islam. Karena berdasarkan
perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan bertentangan satu sama lain adalah hal
yang wajar.
Filsafat Islam juga mempelajari hakikat kebenaran suatu ilmu dan berdasarkan pada ajaran dan nilai-
nilai agama islam disebut sebagai ilmu filsafat islam. Meskipun diadaptasi dari nilai-bilai budaya barat
atau Yunani, ilmu filsafat islam tetap memiliki kaidah tersendiri.
Hal yang biasanya dipikirkan atau dibahas dalam filsafat islam adalah mengenai ketauhidan atau
ketuhanan, kerasulan, kitab, hubungan manusia dan sesamanya, lingkungan dan juga mencakup ilmu
tasawuf atau kebatinan.
Sebaliknya, filsafat Islam memandang dunia sebagai ciptaan Allah dan manusia sebagai hamba Allah
yang bertanggung jawab atas perbuatan mereka di dunia. Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran
seseorang pemikir mengenai ketuhanan, kenabian, kemanusiaan, alam, realitas ontologi, pandangan
tentang hakikat ruang, waktu, dan materi.
Filsafat Islam mencakup berbagai aliran dan tradisi pemikiran, mulai dari teologi kalam dan filsafat
peripatetik hingga sufisme dan filsafat Illuminasi. Meskipun ada perbedaan besar antara aliran-aliran
ini, mereka semua berbagi komitmen terhadap penggunaan akal dan logika dalam mencari
kebenaran, tetapi selalu dalam konteks iman dan wahyu.
Perbandingan
Ada beberapa perbedaan utama antara filsafat konvensional dan filsafat Islam. Pertama, sumber
pengetahuan mereka berbeda. Filsafat konvensional mengandalkan akal dan pengalaman manusia
sebagai sumber pengetahuan utama. Sebaliknya, filsafat Islam menganggap wahyu sebagai sumberpengetahuan utama, meskipun akal dan pengalaman juga dihargai.
Kedua, pandangan mereka tentang tujuan dan makna hidup berbeda. Filsafat konvensional cenderung melihat tujuan hidup dalam hal pencapaian individu, seperti kebahagiaan, pengetahuan, atau kebebasan. Sebaliknya, filsafat Islam melihat tujuan hidup dalam konteks hubungan manusia dengan Allah dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai moral dan etika.
Ketiga, pandangan mereka tentang etika dan moral berbeda. Filsafat konvensional memiliki berbagai teori etika, mulai dari utilitarianisme hingga deontologi, yang berusaha menjelaskan apa yang membuat tindakan menjadi baik atau buruk. Sebaliknya, filsafat Islam mengajarkan bahwa tindakan menjadi baik atau buruk berdasarkan apakah mereka sesuai dengan hukum dan ajaran Allah.
Kesimpulan
Meskipun filsafat konvensional dan filsafat Islam memiliki perbedaan mendasar, mereka juga memiliki banyak kesamaan. Keduanya berusaha mencari kebenaran dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan kehidupan manusia. Keduanya menghargai akal dan logika sebagai alat penting dalam pencarian ini. Dan keduanya berusaha memberikan panduan moral dan etika untuk membantu manusia menjalani hidup yang baik dan bermakna.
Namun, perbedaan antara keduanya menunjukkan bahwa filsafat bukanlah disiplin monolitik, tetapi melibatkan berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih baik menghargai kekayaan dan keragaman pemikiran filosofis, dan bagaimana berbagai tradisi filsafat dapat saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain.