Mohon tunggu...
Andi Muhammad Ihsan
Andi Muhammad Ihsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Seorang yang gemar menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kembalinya Setelan Necis di Era Modern

27 Mei 2024   17:15 Diperbarui: 28 Mei 2024   11:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Kugiran Masdo -- source : iluminasi.com

Eleganitas sebuah karya dan pertunjukan dapat ditingkatkan secara tidak langsung oleh setelan sang penampil. Aspek visual yang menjadi salah satu ciri khas masing-masing musisi terletak pada bagaimana mereka mempunyai gaya fashion mereka sendiri, yang pada akhirnya menjadi identitas paling kuat. Dalam hal ini, setelan rapih memakai jas, tuxedo, atau blazer adalah yang terbaik menurut gue. Kalau berbicara dengan setelan necis, sepertinya kita semua sepakat, walaupun bukan yang mempopulerkan pertama kali, tetapi punya influence terbesar adalah The Beatles. Kuartet pop legendaris asal Inggris ini lah yang tak hanya menjadi daya tarik baru gaya berpakaian musisi era itu, tapi juga sekaligus menjadi penyebab terjadinya transisi dimana musisi-musisi lainnya mulai peka dengan gaya berpenampilan. Sosok yang mempengaruhi dan mengubah Beatles dalam berbagai hal adalah Brian Epstein, sang manajer. Dia mengatakan kepada mereka untuk berhenti merokok, makan dan mengumpat selama pertunjukan, membuat mereka membungkuk bersama di atas panggung dan memberi mereka potongan rambut, setelan jas, dan dasi yang seragam yang pada akhirnya menjadi sangat ikonik melekat hingga sekarang.  

Seperti istilah terkenal yang gue sukai : The Beatles changed fashion forever.

 

Lima dekade kemudian setelah setelan ala The Beatles menjadi tak populer lagi, rasa kangen dengan musisi yang bergaya setelan necis, kompak dan seragam, dan berharap akan ada musisi yang mengusung gaya 'well dressed' terutama di industri musik lokal, akhirnya bisa terobati dengan kemunculan The Changcuters. Band asal Bandung ini gue akui sekilas mirip dengan John Lennon dan kawan-kawan. Gaya rambut 'mangkok' gitaris mereka, Qibil dan Alda, mengingatkan gue sama George Harrison dan Paul McCartney. Walaupun secara warna musik lumayan berbeda, tapi yang gue lihat secara visual, The Changcuters memang memiliki sentuhan selera fashion yang se-tipe dengan Beatles. Qibil mengatakan dalam interview nya dengan Soleh Solihun, bahwa The Changcuters cukup serius memperhatikan gaya berpakaian mereka. Bahkan mereka membagi tugas masing-masing personil, dan untuk Fashion Researcher, sang gitaris Qibil yang meng-handle. Ketika ditanya oleh Soleh Solihun apakah mereka melakukan riset dan berusaha melakukan perubahan gaya sesuai zaman, Qibil dan kawan kawan mengungkapkan bahwa mereka hanya mengenakan apa yang mereka sukai dan tidak terlalu peduli apakah harus stay up to date dengan perkembangan fashion zaman sekarang. Dalam hal ini, penampilan necis dan aksi panggung yang bergairah adalah fokus utama mereka. 

Lalu ada Romantic Echoes, solois dari Medan, yang menjadi favorit gue dalam hal estetika berpenampilan. Nama aslinya adalah J. Alfredo. Dia membuat proyek solo bernama Romantic Echoes. Pentolan grup musik Pijar ini menggabungkan unsur pop, rock, dan elektronik dengan nuansa 1960-an dalam Romantic Echoes. Ia sudah berkarya sejak tahun 2019 dan kini sudah melahirkan dua album, bertajuk Persembahan Dari Masa Lalu dan baru saja kembali meluncurkan EP terbaru nya, Gaung Romantis. Daya tarik J. Alfredo yang membuat gue terkesima adalah, kombinasi fashion manggung nya yang sangat enak dipandang. Walaupun tidak selalu menggunakan jas, atau tuxedo, Romantic Echoes tetap terlihat formal dan elegan. Kecintaannya terhadap Clarks, merek sepatu bot yang hampir selalu ia kenakan saat manggung, sangat cocok dikombinasikan dengan berbagai jenis set pakaian, semakin menambah nilai plus tersendiri. Menurut gue pribadi, Romantic Echoes adalah solois Indonesia dengan fashion style yang terbaik.

 Kugiran Masdo -- source : iluminasi.com
 Kugiran Masdo -- source : iluminasi.com

Berpindah ke negara tetangga, Malaysia, mereka punya Kugiran Masdo yang juga sentuhan fashion dan musik yang dipengaruhi oleh The Beatles. Hal yang membuat gue sumringah adalah mereka hadir sebagai angin segar di industri musik negara nya yang didominasi oleh musik melayu. Ketika ditanya tentang inspirasi fashion masing-masing, Mawi, gitaris Kugiran Masdo mengatakan ia  suka bereksperimen dengan  gaya lama  dari tahun 60-an seperti turtleneck, karena ia menyukai fashion dari Inggris. Kalau The Changcuters terinspirasi dengan gaya berpakaian nya saja, Kugiran Masdo justru mengadopsi 'roh' Beatles dalam penampilan serta karya-karya nya. Album mereka bertajuk 'Jalan Abbey' adalah bukti nyata bahwa mereka ingin hidup seperti panutannya dahulu.

Fenomena bangkitnya gaya setelan necis membuat gue cukup senang, karena punya satu selera yang sama, kurang lebih nya. Namun, yang patut diapresiasi adalah bagaimana musisi-musisi milenialis kini semakin bervariatif dan sensitif akan aspek visual dalam berkarya, yang tentu nya menjadi identitas masing-masing dan menjadi salah satu hal yang paling di ingat oleh penikmat-penikmat karya mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun