Mohon tunggu...
Mustaqim
Mustaqim Mohon Tunggu... Desainer - Bismillah

Mustaqim Saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inspirasi Menulis: Masalah, Rasa dan Bacaan-Bersama

26 Januari 2017   16:25 Diperbarui: 26 Januari 2017   16:35 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: http://www.wallpaperup.com

Inspirasi ibarat dua hal yang saling bertentangan. Seperti halnya uang, inspirasi bisa jadi sumber pendapatan, tetapi juga bisa menjadi sumber masalah. Sumber pendapatan bagi orang yang mampu mengelola, menjadi masalah bagi orang yang sulit mencarinya.

Bagi penulis, mungkin, juga belaku demikian. Jika hanya terpaku pada sulitnya mencari inspirasi, maka proses menulis bisa terhenti tanpa ada kemajuan. Dalam hal ini, inspirasi menjadi masalah tersendiri ketika menemui writing block. Ide tidak kunjung muncul; tulisan pun tidak segera berlanjut. Ketika gagasan sudah minim untuk ditulis, saat itulah inspirasi itu dibutuhkan. Ibarat “ilham”, ia bisa muncul secara tiba-tiba, namun, seringkali tersembunyi pada tempat yang tidak terduga.

Bagi penulis, inspirasi bisa bersumber dari tiga hal berikut: permasalahan hidup, perasaan diri sendiri, dan hasil bacaan dan diskusi. Pertama, inspirasi yang bersumber dari permasalahan hidup. Setiap individu pasti memiliki masalah. Masalah menjadi bayangan yang selalu mengintai setiap insan yang masih bernyawa. Selama nafas masih berhembus, kesempatan hati masih hidup, selama itu pula masalah menyertai.

Menulis pengalaman dan masalah hidup ibarat sebuah inspirasi yang tidak perlu kita cari. Keduanya melekat pada setiap diri manusia. Dari masalah kecil hingga masalah rumit, setiap hari kita hadapi. Seperti halnya butir-butir padi, keduanya siap diolah menjadi makanan siap saji, teraktualisasi menjadi sebuah teks yang melahirkan berbagai hikmah dan pelajaran. Di dalamnya ibarat sebuah narasi yang siap diceritakan.

Kedua,inspirasi yang bersumber dari perasaan diri sendiri. Inspirasi yang kedua ini mewakili emosi dan hasrat. Kala emosi memuncak, inspirasi muncul sebagai pemenuhan hasrat. Dalam hal ini, inspirasi menulis menjadi sarana perwujudan keduanya, timbul sebagai reaksi atas fenomena-fenomena kehidupan.

Menulis menjadi alat rekam jejak-jejak emosi, terangkai dalam abjad-abjad mengikat pengalaman dan kekuatan. Sehingga,kekuatan yang semula lenyap, saat (terbaca) itu pula bangkit menjadi semangat.

Inspirasi yang kedua ini erat kaitannya dengan hati. Hati menjadi pengikat kedekatan antara kita dan orang kedua (pembaca). Jika kita berangkat dari hati, niscaya tulisan juga diterima dengan hati. Hal ini tidak perlu kita cari karena setiap individu pasti memiliki. Dan, pada setiap hati itulah inspirasi tersimpan. Hanya saja, kita perlu untuk menggalinya kembali. Tanpa adanya perasaan, hati, menulis menjadi kering; gairah pun hilang.

Ketiga, inspirasi dari hasil bacaan dan diskusi. Dengan membaca, kita akan banyak mendapat informasi, baik informasi model tulisan maupun kualitas isi. Karena dengan terisinya pengetahuan, otak kita akan teransang, melahirkan ide-ide kreatif yang mendorong kita untuk menulis. Apalagi ketika didiskusikan, pikiran kita akan terbuka lebih luas. Hati dan pikiran dituntut untuk lebih terbuka, lepas dari segala prasangka buruk agar kita bisa menerima berbagai macam pandangan dan perbedaan.

Inspirasi menulis yang ketiga ini, bagi kita sangatlah penting. Walapun tidak secara langsung melekat pada diri setiap individu, namun inspirasi ini akan memberikan suatu kesegaran baru, semangat baru, dan ide-ide baru yang akan bermanfaat bagi kita dalam proses menulis.

Selamat #membaca-menulis-dan-berbagi bersama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun