3.4 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 99 dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan Pengurangan
4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 99
Pertanyaan yang cukup menarik tentang KD ini: Benarkah 3.4 adalah KD untuk Pengetahuan? Bagaimana dengan KD 4.4: Apakah KD ini untuk Keterampilan? Jika begitu, apakah beda karakteristik perumusan masing-masing domain?
Nampaknya, perumus KD Matematika SD dilakukan oleh beberapa orang yang kemudian berusaha mengagabungkan hasilnya tanpa adanya upaya mengsinkronkannya.
- Tak dapat dipungkiri, situasi ekonomi kita, nilai rupiah sangat rendah, telah mempengaruhi materi Kurikulum Matematika SD. Uang merupakan media menarik sebagai bahan ajar. Uang merupakan media yang dikenal anak dimanapun berada.
Tidak heran jika di banyak Negara seperti Malaysia dan Amerika Serikat, siswa kelas 1 telah dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan uang dalam bentuk desimal.
- Sebagai contoh: Misal Anna punyal uang $5. Dia membeli satu buku dengan harga $3.25. Berapa kembaliannya?
- Dapatkah buku Matematika SD Indonesia menyediakan soal seperti itu? Karena siswa kelas 1 baru belajar bilangan sampai dengan 99, guru tak dapat menyediakan masalah kontekstual yang melibatkan uang. Kegiatan menggunakan uang mulai diberikan pada kelas 2 pada topik pecahan uang rupiah.
Dalam hal ini penulis buku dan guru harus berhati-hati. Uang dengan nilai nominal Rp1000 tidak dapat digunakan karena siswa kelas 2 baru belajar bilanmgan cacah sampai dengan 999. Padahal dalam kenyataannya, siswa kelas 2 telah mengenal uang yang nilai nominalnya Rp2.000 atau lebih.
- Pendidikan, khususnya Perubahan kurikulum Matematika SD harus melibatkan banyak pihak. Sebagai contoh: Uang dengan nominal Rp1.000, Rp2.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000 tidak dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas 1 dan 2. Seperti dinyatakan sebelumnya, hal ini dikarenakan untuk kelas 1, siswa baru beklajar bilangan sampai 99 sedangkan siswa kelas 2, baru belajar bilangan sampai dengan 999.
- Untuk mengatasi hal ini, pihak lain seperti Bank Indonesia atau lembaga yang berwenang lainnya harus membantu kesulitan siswa SD kita. Caranya dengan mengubah cara penulisan nilai nominal pecahan uang rupiah.
Misalnya: untuk 1.000 ditambahkan 1 ribu, 2.000 ditambahkan 2 ribu, 5.000 ditambahkan 5 ribu 10.000 ditambahkan 10 ribu dan seterusnya. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan uang dapat dilakukan mulai kelas kelas 2 bahkan kelas 1 sekolah dasar sebagaimana di banyak Negara.
Berdasarkan uraian di atas, kita memaklumi ada masalah dengan kurikulum kita, khususnya kurikulum matematika SD. Masalah tersebut harus diselesaikan bukan dengan mengeritik pihak terdahulu. Masalah tersebut harus diselesaikan dengan melibatkan banyak pihak.