Hari ini berjalan seperti hari hari biasa, cuaca cerah mengiringi perjalanan saya menuju kantor.
Sesampai dikantorpun berjalan seperti biasa, teman2 ada yang sudah siap dimeja kerjanya, ada pula yang belum datang.
Tapi minggu ini sedikit berbeda dengan minggu sebelumnya,Â
Semenjak minggu lalu AC di ruangan dimatikan, untuk memberi sirkulasi udara diruangan. diakibatkan ada beberapa teman yang terkena virus Covid-19..
Sampai setengah haripun berjalan seperti biasa, sampai tiba tiba ada telepon berdering..ternyata dari atasan saya.
Syok saya mendengar berita dari atasan, yang mengabarkan salah satu dari teman saya meninggal dunia.
Rasanya tidak percaya, karena baru minggu kemarin bertemu dan ngobrol biasa. sampai akhirnya dia divonis positif Covid dia diisolasi.
dan yang lebih miris saya dengar, hanya dia dan beberapa tenam yang dipercaya saja yang boleh tau kejadian ini.
Berita ini tidak boleh tersebar kemana-mana, karena jika berita ini sampai terdengar ke pihak owner kita, maka kantor kita pun akan tutup.
Disini saya belajar dari pengalaman teman saya itu, kalau hidup itu harus seimbang. Antara bekerja dengan perhatian ke keluarga.
Bisa dibilang teman saya itu adalah seorang pekerja keras, malah bisa dibilang gila kerja.
Bekerja 7 hari seminggu mengejar deadline, tiap hari lembur demi mencapai target perusahaan.
Sampai akhirnya meninggal dunia.
memang nyawa ditangan Tuhan, kita tidak tahu kapan nyawa kita akan diambil, diam dirumahpun nyawa bisa diambil jika Dia berkehendak.
Tapi setidaknya selama hidup kita harus bisa membagi waktu, antara bekerja dan untuk keluarga.
Karena saat kita meninggal dunia, perusahaan tempat kita bekerja paling hanya berduka beberapa hari, setelah itu akan ada pengganti kita
Tapi keluarga yang kita tinggalkan, yang menjaga diri kita saat kita sakit,selamanya akan merasa kehilangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H