Singaraja- I Gusti Ayu Widia Diatmika Jelantik atau sering disapa Ayu Widia dilahirkan di Denpasar, 26 Januari 2005. Anak ke 3 dari pasangan I Gusti Ngurah Jelantik Gerinda Ranasaba dan
I Gusti Ayu Sasdiani. Menempuh pendidikan di salah satu SMK Negeri yang ada di Buleleng. Wanita berumur 17 tahun ini memiliki hobi Menari Bali.
Mulai menekuni hobi menari sejak kecil umur 5 tahun sejak tahun 2010. Pertama kali belajar menari di sanggar Puri Agung Denpasar. Dia juga selalu ikut dalam perlombaan yang ada di kotanya untuk mewakili sanggarnya. Di ajang perlombaan yang dia ikuti hampir sebagian besar dimenangkan oleh dirinya dan sanggarnya.
Ditemui pada pagi hari, di hari minggu pada tanggal (05-06-2022) di sanggar sumurda sari desa Bungkulan. Dia sedang terlihat melatih anak yang sedang menari. Di sana ia menceritakan awal mula yang membuat ia suka menari Bali. "Saya sangat suka menari karena adanya dukungan dari keluarga, di mana mereka juga suka dengan kesenian, adanya dukungan tersebut membuat saya semangat untuk menekuni hobi saya ini," ujarnya.
Di tahun 2021 ia bersama keluarga pulang ke kampung halamannya. Awalnya ia tinggal di kota Denpasar karena ayahnya sudah tua dan sudah pensiun menyebabkan ia harus ikut pindah bersama keluarganya. Ia juga harus pindah sekolah dan sekarang ia menempuh pendidikan di SMK salah satu di Buleleng. Bukan hanya itu saja, ia juga berhenti dari sanggarnya yang di Denpasar.
Walaupun pindah rumah dan tidak ada sanggar yang mengajarinya lagi, tidak menghentikan hobinya untuk menari. "Semenjak saya pulang ke kampung, saya belajar menari di rumah saja," ujarnya. Ia belajar menari dengan sendirinya tanpa guru yang melatihnya. Setiap hari libur ia menghabiskan waktu dengan menari dengan memakai panduan YouTube.
Di Buleleng ada banyak sanggar-sanggar yang bagus, akan tetapi ia belum ingin latihan menari di sana. Ia mengatakan, ada satu sanggar milik tante saya, tetapi sanggar tersebut sudah lama vakum karena Tante saya sakit. Hal tersebut menjadikan Ayu Widia menunggu untuk latihan di sanggar. Jadi ia hanya bisa menunggu sampai Tantenya sembuh sehingga bisa kembali menari di sanggar.
Di tahun 2022 Ayu Widia mendengar kabar duka dimana Tante yg ia ceritakan meninggal dunia. Sungguh rapuh hatinya mendengar kabar duka tersebut. "Saya di telepon oleh sepupu saya, dia memberi tahu bahwa ibunya sudah meninggal," ujarnya. Mendengar berita tersebut memberikan kesedihan yang mendalam untuk Ayu Widia.
Sejak kematian Tantenya, Ia hendak meneruskan sanggar yang dibangun oleh tantenya itu. Ia bersama sepupunya ingin membuka sanggar tersebut dan ingin mengajarkan kepada anak anak tentang tarian Bali. "Saya ingin mengenalkan budaya Bali ke masyarakat terutama untuk anak kecil, bahwa Bali punya banyak budaya salah satunya yaitu tarian Bali," ujarnya. mereka ingin memperkenalkan tarian-tarian Bali ke anak-anak.
Adanya sanggar yang didirikan oleh tantenya dan di teruskan oleh Ayu Widia mempunyai dampak yang positif untuk masyarakat di tempatnya. Anak-anak bisa belajar menari di sana dan bisa kenal dengan budayanya sendiri. Ia mengatakan, Bukan hanya bisa kenal dengan budaya saja, mereka juga bisa mengikuti lomba yang di adakan di Bali, hal tersebut sebuah prestasi. Bukan hanya mengenalkan budaya, menari bisa di perlombakan juga bahkan sampai tingkat provinsi sehingga mereka dapat mengenal dan juga dapat mengimplementasikan dengan cara mengikuti lomba tersebut.
Datang dari hobi yang sangat ia sukai, membuat pengaruh yang baik ke masyarakat. Masyarakat akan tahu dari hobi kita bisa menghasilkan prestasi dalam bidang non akademik. Mereka juga akan lebih tahu tentang budaya-budaya Bali. "Dengan adanya sanggar ini akan membuat anak-anak Bali bangkit untuk melestarikan dan mencintai budaya bali," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H