Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Liberté, égalité, fraternité.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kepemimpinan: Perspektif Teoritis dan Praktis di Era Kontemporer

27 Januari 2025   03:50 Diperbarui: 27 Januari 2025   17:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepemimpinan dan Gender (Sumber: Freepik)

Gaya kepemimpinan dalam organisasi profit dan non-profit sering kali berbeda karena perbedaan dalam tujuan dan orientasi operasional. Dalam organisasi profit, kepemimpinan biasanya berfokus pada efisiensi, profitabilitas, dan pertumbuhan pasar. 

Pemimpin di organisasi ini sering menggunakan gaya kepemimpinan transaksional untuk memastikan bahwa karyawan memenuhi target yang telah ditetapkan. Misalnya, pemimpin di perusahaan teknologi dapat memberikan insentif berbasis kinerja untuk mendorong inovasi dan efisiensi.

Sebaliknya, dalam organisasi non-profit, kepemimpinan lebih menitikberatkan pada misi sosial dan pemberdayaan komunitas. Pemimpin di sektor ini sering mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional untuk menginspirasi anggota organisasi dan para relawan agar bekerja dengan dedikasi tinggi meskipun sumber daya terbatas.

Sebagai contoh, seorang direktur di organisasi kemanusiaan dapat menggunakan pendekatan berbasis nilai untuk memotivasi tim dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pemimpin harus menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan konteks dan tujuan organisasi masing-masing.

Isu Gender dalam Kepemimpinan 

Salah satu tantangan besar dalam kepemimpinan adalah diskriminasi berbasis gender. Stereotip bahwa perempuan kurang mampu memimpin dibandingkan laki-laki masih banyak ditemukan, baik dalam dunia politik maupun bisnis (Humpert & Pfeifer, 2013). Di Indonesia, meskipun terdapat kebijakan afirmatif seperti kuota 30% untuk keterwakilan perempuan dalam parlemen (UU No. 7 Tahun 2017), implementasinya masih menghadapi banyak hambatan. 

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2022), keterwakilan perempuan di parlemen hanya mencapai 21,39%, jauh dari target kuota. Secara global, laporan dari World Economic Forum (2021) menyebutkan bahwa perempuan hanya menempati 26,7% posisi kepemimpinan senior dalam organisasi. Data ini menunjukkan bahwa kesenjangan gender dalam kepemimpinan masih menjadi isu yang perlu mendapat perhatian serius.

Perempuan sering menghadapi tantangan berupa ketidaksetaraan gaji dan kurangnya akses ke posisi strategis. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa beberapa kebutuhan khusus perempuan, seperti pembalut, sering diabaikan dalam kebijakan pengupahan, sedangkan kebutuhan pria seperti rokok dianggap penting (DiKes Indonesia, 2022). Hal ini mencerminkan perlunya pendekatan yang lebih inklusif dalam mendukung peran perempuan sebagai pemimpin.

Lebih jauh lagi, bias gender dalam kepemimpinan sering kali memengaruhi cara perempuan dilihat dan dinilai sebagai pemimpin. Banyak organisasi masih mempertahankan pandangan bahwa perempuan lebih cocok untuk peran pendukung daripada posisi kepemimpinan. Untuk mengatasi hambatan ini, perlu ada pendidikan dan pelatihan yang mendorong kesetaraan gender di tempat kerja, serta kebijakan yang mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga.

Kepemimpinan di Era Digital 

Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara pemimpin menjalankan tugasnya. Teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan analitik data, telah menjadi alat penting bagi pemimpin modern untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih cepat. Salah satu contoh nyata adalah Satya Nadella, CEO Microsoft, yang berhasil memanfaatkan teknologi cloud dan AI untuk merevitalisasi Microsoft menjadi salah satu perusahaan teknologi terkemuka dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun