Secara ekonomi, tekanan untuk menggunakan bahan baku lokal dapat menyebabkan kenaikan harga pangan di pasar. Hal ini berpotensi menyulitkan masyarakat umum, terutama mereka yang tidak termasuk dalam program, untuk membeli kebutuhan pokok.Â
Selain itu, jika dana besar yang dialokasikan untuk program ini tidak memberikan hasil yang signifikan, hal ini dapat membebani anggaran negara dan mengurangi alokasi untuk sektor lain yang juga penting, seperti kesehatan dan infrastruktur.
Secara sosial, program ini dapat menciptakan ketergantungan di masyarakat. Ketergantungan ini bertentangan dengan tujuan pemberdayaan, di mana masyarakat seharusnya didorong untuk mandiri.Â
Jika tidak ada program pendukung yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyediakan makanan bergizi sendiri, program ini mungkin hanya memberikan manfaat jangka pendek tanpa dampak jangka panjang.
Kegagalan Program: Belajar dari Kasus Sebelumnya
Indonesia memiliki sejarah panjang kegagalan program sosial karena kurangnya perencanaan dan pengelolaan yang baik. Sebagai contoh, program Raskin (beras untuk rakyat miskin) sering kali dikritik karena distribusinya tidak merata dan kualitas beras yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa niat baik saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan suatu program.
Dalam konteks kebijakan makan siang gratis, pemerintah perlu belajar dari pengalaman tersebut dan memastikan bahwa kesalahan serupa tidak terulang. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan uji coba di daerah tertentu sebelum meluncurkan program secara nasional. Uji coba ini dapat memberikan gambaran tentang tantangan yang mungkin dihadapi dan solusi yang dapat diterapkan.
Rekomendasi untuk Pelaksanaan yang Lebih Baik
Untuk mengurangi risiko kegagalan, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah berikut: