Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Saya berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan dampak positif serta berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui aktifitas menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

The Power Paradox: Kekuasaan, Godaan, dan Tantangan Etika Politik

12 Desember 2024   06:35 Diperbarui: 18 Desember 2024   00:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: The Paradox of Power in Politics (Sumber: Igon Nusuki))

Kesimpulan: Mengatasi Paradoks Kekuasaan

Paradoks kekuasaan merupakan fenomena yang sering muncul dalam dunia politik. Kualitas yang dibutuhkan untuk meraih kekuasaan, seperti empati dan kolaborasi, cenderung terkikis begitu kekuasaan itu dimiliki. Namun, paradoks ini tidaklah tak terhindarkan. Pemimpin yang mampu menjaga integritas dan nilai-nilai awal mereka dapat menjadikan kekuasaan sebagai instrumen untuk mencapai kesejahteraan.

Sebagai alat untuk menciptakan kebaikan bersama, kekuasaan memerlukan keseimbangan antara visi jangka panjang dan tanggung jawab moral. Pemimpin yang menyadari bahwa kekuasaan bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk melayani masyarakat, dapat membawa perubahan yang signifikan dan berkelanjutan. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya diukur dari berapa lama mereka mempertahankan kekuasaan, tetapi juga dari seberapa besar dampak positif yang mereka tinggalkan bagi masyarakat yang dipimpin.

Lebih jauh lagi, penting bagi sistem politik untuk mendukung pemimpin dalam menjaga integritas mereka. Pendidikan politik yang menekankan nilai-nilai etika dan tanggung jawab moral dapat membantu menciptakan pemimpin yang sadar akan godaan kekuasaan dan berkomitmen untuk tetap setia pada prinsip-prinsip awal mereka. Selain itu, mekanisme pengawasan yang efektif dan partisipasi masyarakat yang aktif dapat menjadi penyeimbang yang mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Paradoks kekuasaan mengingatkan kita bahwa kekuasaan yang tidak dilandasi oleh integritas dan komitmen terhadap common good hanya akan menciptakan lingkaran kesalahan. Oleh karena itu, pemimpin yang berhasil mengatasi paradoks kekuasaan adalah mereka yang mampu menggabungkan idealisme dengan pragmatisme, melayani dengan keadilan, dan menjaga kepercayaan masyarakat sebagai modal utama untuk menciptakan perubahan.

Dengan demikian, tantangan etika politik iyalah panggilan bagi setiap pemimpin untuk merefleksikan tujuan mereka dan memastikan bahwa kekuasaan digunakan untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi. Pemimpin yang berhasil mengatasi paradoks kekuasaan adalah mereka yang mampu menjaga keseimbangan antara visi dan realitas, melayani dengan keadilan, dan terus berkomitmen untuk kebaikan masyarakatnya.

Referensi

Anderson, C., & Brion, S. (2014). Perspectives on power in organizations. Annual Review of Organizational Psychology and Organizational Behavior, 1(1), 67-97.

Conger, J. A. (1990). The dark side of leadership. Organizational Dynamics, 19(2), 44-55.

Fukuyama, F. (2014). Political order and political decay: From the industrial revolution to the globalization of democracy. Farrar, Straus and Giroux.

Keltner, D. (2016). The power paradox: How we gain and lose influence. Penguin Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun