Pada masa kecil, aku sering mendengar kisah perjalanan kenabian Muhammad SAW. Salah satunya, bagaimana beliau berkhalwat atau menyepi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan di Gua Hira sehingga akhirnya mendapatkan wahyu pertamanya.
Nah, gua itu ada di Jabal Nur alias Gunung yang Bercahaya, Mountain of Light. Penamaan itu merujuk karena gunung tersebut menjadi lokasi diterimanya 'cahaya wahyu' dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.
Alhamdulilah, kami bisa mengunjungi Gunung Cahaya yang terletak di arah utara dari Kota Mekkah, sekitar 5 km dari Masjidil Haram itu. Pada gunung setinggi 640 meter itulah Ghar Hira atau Gua Hira berada.
Biasanya, dalam pelaksanakan Ibadah Haji dan Umrah, Jabal Nur memang destinasi yang wajib masuk dalam ittenerary. Pada lokasi itu, jamaah bisa menghayati perjalanan nabi dalam menjemput wahyu, mulai dari bagaimana keresahannya akan kondisi umat manusia, berkhalwat, menyepi, bertafakur sampai turunnya wahyu di dalam Gua Hira.
Wahyu yang pertama diturunkan kepada nabi adalah Surat Al 'Alaq 1-5, yang berisi perintah untuk membaca.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Wahyu Allah yang diturunkan kepada Muhammad menjadi titik mula Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Cahayanya mampu mengatasi kegelapan atau kesesatan atau zaman jahiliyah yang melanda bumi pada masa itu hingga akhir zaman nanti.
Pada riwayat disebutkan, Rasulullah sering berkhalwat, merenung, berkontemplasi di Gua Hira, Jabal Nur, saat mencapai usia 40 tahun. Gua yang jauh dari keramaian dan saat itu dari posisi mulut gua bisa langsung melihat Ka'bah, menjadi tempat ideal untuk berkhalwat.
Gua tersebut kecil, hanya mampu menampung empat hingga lima orang dewasa. Untuk mencapainya perlu waktu sekitar 1 jam mendaki Jabal Hira yang cukup terjal dengan kelerengan sampai 60'. Suasananya tentu saja sunyi senyap. Jadi, cukup nyaman jika untuk sendirian, berkhalwat di sana.
Peristiwa turunnya wahyu terjadi pada malam 17 Ramadhan (Tahun 610 Masehi) sehingga pada malam tersebut diperingati sebagai Malam Nuzunul Al-Qur'an. Malam turunnya wahyu pertama dalam Al-Quran, mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Diceritakan, setelah Muhammad menerima wahyu tersebut, Malaikat Jibril menghilang. Beliau pulang dengan tergesa-gesa dan sampai di rumah dalam keadaan ketakutan sampai menggigil. Nabi meminta istrinya Khadijah untuk menyelimutinya.
Petikan dialog Muhammad dan Khadijah saat beliau tiba di rumah, disarikan dari mubadalah.id sebagai berikut :
Beliau masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Selimuti aku, selimuti aku, sayangku," katanya.
Khadijah segera menyelimuti seluruh tubuh suaminya rapat-rapat sambil setia menungguinya. Kemudian, setelah rasa takutnya mereda, beliau menceritakan peristiwa yang dialami : "Aku takut, Sayang. Aku khawatir sekali. Aku khawatir akan hari-hari nanti."
Kemudian, dengan lembut Sayyidah Khadijah berkata untuk membesarkan hati suaminya : "Tidak, Sayangku. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia, memikul beban penderitaan orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu, dan menolong orangorang yang menderita demi kebenaran," ujarnya.
So sweet ya... begitulah seharusnya suami istri, mesra... serr..
Kemudian, Sayiddah Khadijah mendampingi suaminya untuk berkonsultasi dengan Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah pemeluk Agama Nasrani yang pandai menulis kitab dalam bahasa Ibrani.
Setelah mendengar cerita Muhammad dan Khadijah, Waraqah meyakini bahwa Muhammad telah ditemui oleh Malaikat Jibril. Muhammad adalah utusan Allah yang ditugaskan menyampaikan wahyu, cahaya untuk pencerahan umat manusia.
Musium Al-Wahyu
Saat ini, di kaki Jabal Nur telah dibangun Musium Al-Wahyu, Hira Cultural District. Pada museum itu, selain tentang Cahaya Islam yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, juga menyajikan tayangan animasi interaktif turunnya berbagai Wahyu Ilahi ke nabi-nabi terdahulu, mulai dari Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.
Musium itu dikemas dengan modern dan interaktif. Kemudian, ada guide yang fasih menjelaskan dengan berbagai bahasa, termasuk Indonesia sehingga penjelasan tentang perjalanan wahyu-wahyu Ilahi bisa dengan gamblang diterima.
Selain itu juga ada replika Gua Hira yang dibuat dengan presisi sesuai dengan aslinya. Cukup jadi pengobat rindu bagi saya yang tak sempat untuk mendaki Jabal Nur dan menjejak di Gua Hira sebenarnya..
Lalu, di kompleks Musium Wahyu juga tersedia mushola, pujasera dan toko oleh-oleh yang desainnya arab modern nan instagramable...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H