Pas SMP, lha aku malah nggak mau di rumah ortu sendiri. Padahal, untuk menuju sekolahanku lebih dekat dari rumahku, tetapi aku memilih tinggal di tempat eyangku. Otomatis, aku jadi sangat dekat dengan eyang, 3 tahun jaman putih biru aku lebih banyak tinggal dengan beliau.
Eyangku ini tipe ibu-ibu yang superwomen. Selain mendidik anak, ngurus suami, dapur, eyang juga ikut berjuang mencukupi kebutuhan rumah tangga. Yang Wadon jualan telur di pasar, Pasar Rakit dan Pingit yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Itu jaraknya jauh lho, puluhan kilometer dan beliau jalan kaki bersama Kang Sawir (asisten yang ikut membawakan telor satu pikul) menuju pasar.
Terus, jalannya itu nggak mainstream, kadang untuk memperpendek rute harus lewat jalan setapak, kebun bahkan nyebrang sungai.. Yangku sambil bawa beban lho, satu rinjing (bakul dari bambu) isinya sekitar 10-20 kilo telor... keren kan? Keren lah..
Selain itu, eyang masih berkebun, merawat tanaman kopi, ikut menyiangi tanaman musiman, bruwun alias meramban untuk kebutuhan dapur, menjemur hasil bumi (kopi / jagung) dan lainnya. Aktivitas fisiknya banyak, jadi, tak heran, mbah sehat sampai di usia tuanya.
Terlebih, sebagai catatan, mbah juga menginang (ngunyah daun sirih) yang menyebabkan giginya kuat terus. Aku saja kalah kuat giginya. Kemudian, eyang wadon juga merokok. Rokoknya dulu lintingan, buat sendiri, campuran tembakau rajang, kemenyan, cengkeh. Sampai akhir hayatnya pun masih merokok, rokoknya kretek.
Jadi, kadang aku berpikir apa benar rokok bikin sakit? Contohnya, yangku sampai umur 86 tahun masih merokok dan beliau bukan meninggal karena sakit yang disebabkan rokok. Sepertinya, tergantung orangnya, rokoknya dan gaya hidupnya yaa... hehe.
Oh ya, Yangku juga pinter, dulu sekolah hanya setingkat SD sih, mau lanjut tapi katanya nggak ada biaya. Sebab, mengalami jaman pendudukan Jepang, yangku bisa melantunkan salah satu Lagu Berbahasa Jepang dengan lancar, Bahasa Arab juga sedikit bisa.
Lalu, Yang Jadi Wadon juga Insya Allah sholeha, ibadahnya tekun, hafalan qur'annya banyak. Pas sedang di rumah sakit, meskipun stroke dan bicaranya tak lagi lancar, yang ngikutin dengan baik saat dibacain Surat Al Kahfi, hafal beliaunya.. saya aja baca, eyang hafal...
Seminggu lalu, Senin, 4 Maret 2024, ba'da Ashar (sekira 16.15 WIB) Eyang dipanggil yang maha kuasa. Malamnya, aku mengantar ke peristirahatan terakhirnya. Sebuah kuburan sederhana di pojok kebun miliknya, bersebelahan dengan Yang Kakung yang mendahului 11 tahun lalu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!