Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Golaga: Goa dari Letusan Gunung Api Purba yang Kaya Legenda

15 Februari 2024   11:13 Diperbarui: 16 Februari 2024   08:44 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Bendera Dalam Chamber Goa (Dok : Radarmas)

Goa Lawa Purbalingga yang kondang dengan akronim Golaga adalah salah satu destinasi  wisata unggulan di Kabupaten Purbalingga. Lawa yang disematkan pada nama goa itu karena menjadi sarang ribuan ekor Kelelawar (Lawa -- Bhs. Jawa). Namun, Golaga juga bisa akronim dari Goa 'Lava' Purbalingga, sebab, goa itu terbentuk dari lava pijar gunung berapi yang membeku.

Fenomena alam terbentuknya goa eksois itu terjadi pada era purbakala, ratusan ribu bahkan jutaan tahun lalu. Bukti-bukti geologis yang ada mengungkap jika pembentukan Golaga terkait dengan erupsi Gunung Slamet. Lava dari letusan gunung yang kini menjadi gunung terbesar di Jawa itu membeku, lalu, membentuk bangunan goa yang unik itu.

Menurut Geolog dari Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Siswandi Kastari letusan Gunung Slamet saat itu bersifat efusif dan bukan eksplosif. Letusan semacam ini terjadi di Gunung Kilauea di Hawai atau Gunung Api The Plosky Tolbachik di Rusia di mana lava meleleh, bukan menyembur.

Fenomena itulah yang terjadi di Gunung Slamet pada sekira 200 ribu tahun yang lalu. Aliran lava mengalir ke mana-mana, hampir di seluruh lereng baik ke arah selatan, timur, utara dan barat. Bukti banjir lava adalah banyaknya air terjun atau curug yang berada di lereng Gunung Slamet.

Golaga terbentuk dari fenomena itu, yaitu akibat dari sungai lava atau aliran lava yang keluar dari kepundan gunung api di masa silam. Lava merupakan material cairan panas yang berpijar-pijar. Jika mengalami kontak dengan udara atau air sehingga menjadi dingin, maka terbentuklah batuan. Akan tetapi, aliran lava pada bagian dalam masih ada yang cair dan terus mengalir sehingga lava bagian atas yang membeku duluan membentuk selubung dan kubah-kubah keras. Sedangkan ruang bawah di mana lava cair mengalir, membentuk ruang kosong yang kemudian menjadi goa.

Peristiwa terbentuknya sungai lava itu diperkirakan terjadi pada zaman holosen atau 10 ribu tahun yang lalu. Namun, bisa juga terbentuk pada saat terjadinya fenomena lava fountain atau air mancur lava yang alah satu bukti jejaknya ditemui di Gunung Loyang di Karangreja. Hal ini terjadi pada 10-15 juta tahun lalu atau zaman Miosen Tengah.

Siswadi menyebutkan sampai saat ini belum ada kajian untuk mengukur panjang gua serta ketebalan dinding gua untuk dijadikan referensi yang sahih.

Golaga : Laboratoratorium Geologi dan Vulkanologi

Chamber yang unik dalam Golaga (Dok: Sobat Wisata)
Chamber yang unik dalam Golaga (Dok: Sobat Wisata)

Ahli Geologi mendorong kepada pengelola supaya keberadaan Golaga tak hanya sebagai destinasi wisata semata tetapi menjadi semacam laboratorium alam, khususnya dalam bidang geologi dan vulkanologi. Pasalnya, Golaga berbeda dengan pada umumnya gua yang terbentuk dari karst. Gua yang terletak di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja ini unik dan langka serta menjadi salah satu bukti fenomena erupsi efusif gunung berapi yang kemudian membentuk gua.

Golaga harus dikembangkan dengan menerapkan sustainable tourism atau wisata yang berkelanjutan. Pengelolaan dilakukan dengan tidak mengubah kondisi gua secara signifikan. Pengelola hanya sebatas membuat jalan, membuat tempat duduk maupun adanya lighting di dalam sehingga pengunjung tidak hanya nyaman, tetapi juga dapat melihat secara detail ornamen di dalam gua.

Menurut Siswandi ke depan Golaga harus terus berbenah, tidak saja sebagai destinasi wisata unggulan, melainkan juga sebagai tempat wisata edukasi khususnya bidang geologi dan vulkanologi. Selain itu bisa juga untuk edukasi pusat kebencanaan gunung api, karena Golaga merupakan salah satu bukti alam mengenai erupsi Gunung Slamet dengan sifat efusif.

Lebih lanjut, batuan-batuan beku dari lava menurut penelitian juga menghasilkan ion-ion positif yang menenangkan sehingga kompleks Golaga sangat nyaman dijadikan tempat menyepi atau bersemedi sejak dulu kala. Ada bermacam lorong, sebuah dome (ruang berbentuk kubah) dengan atap berupa aven (lubang tembus keluar) mengalirkan cahaya dan angin dari ketinggian. Tetes air sesekali jatuh atap gua membuat suasana sejuk, adem dan tenang.

Aven yang Eksotik di Golaga (Dok: Sikidang)
Aven yang Eksotik di Golaga (Dok: Sikidang)

Kemudian, Golaga kaya akan perkolasi (aliran air bawah tanah) sehingga ada satu chamber (ruang besar di dalam gua) bernama Goa Dada Lawa berbentuk static pool (telaga alami). Secara umum, lorong dalam gua dapat dibagi menjadi lorong fosil (lorong kering), phreatik (basah), dan vadose (berair) di sepanjang setapak.

 

Penemuan Golaga

Golaga baru mulai diketahui sekira tahun 1978. Ketika itu, ada petani dari Desa Siwarak yang melihat ribuan kelelawar beterbangan dari sebuah lubang. Warga kemudian melakukan penelusuran dan menemukan sebuah lubang besar yang ternyata adalah gua sebagai sarang kelelawar.

Pemkab Purbalingga yang saat itu di bawah kepemimpinan Bupati Guntur Darjono merespon temuan itu dan memulai eksplorasi. Setelah itu, kemudian dibuka untuk umum dengan diberi nama Goa Lawa dan diresmikan sebagai destinasi wisata pada 30 November 1979.

Saat ini, baru sekitar 1,5 kilometer panjang gua yang terbuka buat umum. Masih banyak lorong-lorong dalam gua yang belum dieksplore.

Event Fashion Show in The Cave di Golaga (Dok: Humas Purbalingga)
Event Fashion Show in The Cave di Golaga (Dok: Humas Purbalingga)

Golaga dan Legenda yang Menyertainya

Selain genomena geologi yang menarik, Golaga juga memiliki legenda-legenda yang menarik untuk dikulik. Misalkan cerita tentang asal mula Desa Siwarak yang menjadi lokasi goa itu.

Alkisah, pada waktu Agama Islam mulai berkembang di Pulau Jawa termasuk di wilayah lereng Gunung Slamet itu. Ada dua mubaligh bernama Akhmad dan Mohamad dengan pengikutnya kakak beradik serta Bangas dan Bangis. Dalam upayan menyebarkan Agama Islam mereka mendapatkan tantangan hebat dari Kerajaan Majapahit. Seorang panglima bernama Ki Sutaraga ditugaskan untuk membendung aktivitas mereka.

Ki Sutaraga cukup nggegirisi sehingga Akhmad dan Mohammad terpaksa melarikan diri dan bersembunyi di dalam Goa Lawa untuk memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa bagaimana caranya dapat menunaikan tugas mereka. Setelah cukup menyepi mereka memperoleh ilham untuk keluar dari gua dengan mengubah nama dan penampilan mereka. Ahmad berganti nama Taruno dan Mohammad berganti nama menjadi Taruni.

Mereka berdua kemudian keluar dari gua namun Bangas dan Bangis tetap ditugaskan untuk berdiam diri di dalam gua. Belum lama keluar dari gua, mereka bertemu dengan Ki Sutaraga dan pengikutnya. Panglima Majapahit itu ternyata tak mengenal keduanya dan saat ditanya apakah mengenal dua mubaligh Ahmad dan Mohamad keduanya menjawab kedua orang tersebut telah mati diterkam oleh tiga ekor harimau yang bersarang dalam goa.

Ki Sutaraga dan pasukannya mempercayai keterangan keduanya. Saat mengetahui bahwa dua orang yang mereka kejar-kejar itu telah di makan harimau bersorak-soraklah pasukan Majapahit itu. Ahmad dan Mohamad pergi ke arah utara.

Pasukan Majapahit kemudian berpesta. Saat itu keluarlah Bangas dan Bangis, pengikut setia Akhmad dan Mohamad. Mereka mendengar junjungannya telah meninggal ingin menuntut balas. Keduanya menantang Ki Sutaraga, senopati yang sakti mandraguna. Ki Sutaraga tidak menaggapi tantangan Bagas dan Bangis sikap itu membuat mereka penasaran dan marah. Mereka menyerang Ki Sutaraga dengan membabi buta.

Patung Warak / Badak di Golaga (Dok: FB Golaga)
Patung Warak / Badak di Golaga (Dok: FB Golaga)

Ki Sutaraga bersikap tenang dan hanya berucap ke Bangas dan Bangis : "Hai, kamu Bangas dan Bangis! Kalian berdua adalah manusia-manusia yang tak tau diri, tingkah lakumu seperti binatang warak (badak)".

Ucapan yang dilambari kesaktian itu terbukti ampuh, Bangas dan Bangis berubah sifat dan wujudnya menjadi seperti warak.

Para prajurit Majapahit kemudian berteriak-teriak : "Warak......warak....!".

Akibat kejadian itu Ki Sutaraga kemudian mengeluarkan sesorah : "Hai prajurit-prajurit semua, dengar dan saksikan karena peristiwa yang menimpa kedua orang itu, yakni Bangas dan Bangis, yang kerja ulahnya seniri telah berubah menjadi Warak, maka supaya kalianlah yang mejadi saksi. Pada kemudian hari bila hutan ini dapat tumbuh menjadi pedesaan, maka aku beri nama Desa Siwarak".

Selain legenda itu, juga ada legenda yang terkait dengan kerajaan Pajajaran. Konon, di dalam goa terdapat petilasan Prabu Siliwangi. Kemudian, ada Goa Ratu Ayu yang ditinggali dua orang puteri cantik dari Prabu Siliwangi bernama Endang Murdiningsih dan Endang Murdiningrum. Mereka itu mempunyai peliharaan tiga ekor harimau, seekor berwarna putih, seekor hitam, seekor lagi kuning bunga asem.

Selain Gua Ratu Ayu juga ada berbagai macam lorong gua, dinding batu dengan nama dan kisah masing-masing, diantaranya ada Goa Batu Semar, Goa Waringin Seto, Goa Dada Lawa, Goa Batu Keris, Goa Langgar, Goa Angin, Goa Museum Batu, Goa Rahayu, Goa Cepet, Goa Pos, Goa Danau, Goa Lorong Penembahan, serta Goa Naga.

Sendang Drajat dan Pancuran Slamet di Golaga (Dok: Goa Lawa Purbalingga)
Sendang Drajat dan Pancuran Slamet di Golaga (Dok: Goa Lawa Purbalingga)

Berikutnya, ada Pancuran Slamet atau Sendang Drajat yang airnya ngga pernah surut dan dipercaya mempunyai khasiat awet muda dan meningkatkan derajat bagi yang membasuh mukanya dengan air tersebut. Kemudian ada Balai Pertemuan Agung yang konon biasa digunakan sebagai area pertemuan beberapa tokoh agama pada waktu lampau.

Fasilitas Golaga

Saat ini, eksotisme gua yang sudah dipercantik dengan lighting. Pengelola juga membuat berbagai wahana agar semakin nyaman untuk menikmati obyek yang dilingkupi udara sejuk nan lembut khas lereng Gunung Slamet. Ada kebun binatang mini, konser area (amphitheater), camping ground, rumah pohon (camping tree) untuk sensasi tidur di atas pohon lengkap dengan fasilitas tenda, kasur dan bantal, serta kamar mandi.

Kemudian ada juga fasilitas home stay yang didesain seperti buah nanas, buah unggulan setempat yang dibangun atas bantuan CSR BUMN. Golaga juga menyediakan fasilitas untuk event, gathering, outbond bahkan konser. Ada yang unik, kita bisa menikmati kuliner khas di kafe dalam goa, yaitu, Lava Coffe Shop.

Golaga juga menyelenggarakan event tahunan yaitu Amazing Golaga Festival. Pada gelaran tahun 2023 lalu diramaikan dengan 'Fashion Show in The Cave', yang merupakan fashion show satu-satunya di dalam Goa di Indonesia. Kemudian, ada 'Golaga Music Festival' dengan bintang tamu band papan atas, KOTAK dan NAFF.

Yuks wisata ke Purbalingga!

Konser KOTAK di Golaga (Dok: FB Golaga)
Konser KOTAK di Golaga (Dok: FB Golaga)

Keterangan :

Artikel ini disarikan dari hasil wawancara manajemen, karyawan dan Juru Kunci Golaga, wawancara Geolog dari Unsoed, Bapak Siswandi Kastari dan artikel di Mongabay 'Gua Lawa Purbalingga, Jejak Sungai Lava yang Kini menjadi Destinasi Wisata' bisa dibaca di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun