Pertandingan Final Sepakbola Piala Afrika antara Tim Nasional (Timnas) Pantai Gading dan Nigeria memasuki menit ke 81 saat Stadion Alassane Ouattara, Abidjan bergemuruh riuh. Lautan masa berwarna oranye sontak mengombak. Penyebabnya, sontekan ujung kaki jenjang Sebastien Haller menyambut umpan Simon Adingra - pada 9 menit sebelum pertandingan usai itu - merobek jala gawang Nigeria.
Goal Haller ke gawang Nigeria yang dijaga Stanley Nwabali itu menjadikan Les Elephants unggul 2 : 1 yang tidak mampu disamakan hingga peluit akhir pertandingan dibunyikan wasit. Pantai Gading pun menjadi jawara Piala Afrika untuk ke 3 kalinya pada pertandingan yang berlangsung Senin dini hari tadi, 12 Februari 2024.
Pada pertandingan puncak yang berjalan seru itu, Pantai Gading menguasai jalannya pertandingan. Namun, mereka kecolongan oleh gol Nigeria pada peluang pertama tepat sasaran mereka yang dicetak via sundulan Sang Kapten, William Troost-Ekong. Setelah gol itu, Pantai Gading terus menggempur untuk menyamakan kedudukan, akan tetapi selalu bisa digagalkan Nwabali. Sampai akhirnya, Frank Kessie menyamakan kedudukan pada menit 62 melalui sundulan dan Haller mengunci kemenangan.
Raihan gelar juara hal itu terasa istimewa karena Pantai Gading terseok-seok di penyisihan grup, bahkan dibantai 4 : 0 dari Guinea Ekuatorial dan lolos via peringkat tiga terbaik. Pelan tapi pasti, pemain asuhan Emerse Fae menunjukan konsistensi dan pantang menyerah. Mereka menyelesaikan fase gugur dengan determinasi tinggi dan penuh perjuangan.
Sebelum partai puncak itu, Haller juga yang menjadi penentu pada laga semifinal, sebab gol semata wayangnya ke gawang Republik Demokratik Kongo. Setelah itu, pantai Gading tak terbendung dan meraih hasil memuaskan di final, hal yang semakin manis karena mereka bermain di depan publik sendiri.
Selain perjuangan keras Tim Nasionalnya untuk menggapai puncak, kisah hidup pemain kunci Sebastien Haller, juga penuh perjuangan. Sang Pahlawan penentu kemenangan adalah seorang penyintas alias pejuang kanker.
Bomber Borrusia Dortmund itu didiagnosis kanker testis ada Juli 2022. Ia harus menjalani serangkaian operasi dan kemoterapi tak kurang 6 bulan lamanya. Haller baru merumput lagi Februari 2023, itupun lebih sering dari bangku cadangan.
Pada Piala Afrika, mantan penyerang Ajax Amsterdam itu pun baru bermain pada babak 16 besar dan melewatkan babak penyisihan karena cedera pergelangan kaki. Meski demikian, pelatih tetap mempercayai pemain berusia 29 tahun itu dan Ia membayarnya dengan tuntas.
Sebagai informasi, Haller lahir Ris-Orangis, Essonne, Prancis pada 22 Juni 1994, dari ayah seorang Prancis dan ibu asal Pantai Gading. Pemain jangkung itu mengawali karier profesionalnya bersama Auxerre, kemudian berpindah ke Utrecht yang bermain di Liga Eredivisie, lalu Eintracht Frankrut di Liga Jerman.
Berikutnya, Ia masih melalangbuana di Liga-Liga Eropa. Sempat bermain di Liga Premiere bersama West Ham United, kembali ke Belanda di klub Ajax Amsterdam lalu ke Jerman lagi dikontrak Dortmund hingga Juni 2026.
Untuk Timnas, Ia memutuskan memperkuat Pantai Gading di level senior pada 2020 setelah sempat bermain di level kelompok umur untuk Prancis. Ini tentunya keputusan yang tepat untuk Haller karena berhasil mempersembahkan gelar juara ke negara ibunya itu.
Perjuangan Timnas Pantai Gading dan Haller tentunya bisa menginspirasi kita bahwa jangan menyerah sampai akhir pertandingan dan jangan putus asa meski masalah mendera. Selamat Pantai Gading dan Haller!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H