NB : Gunung Lawet adalah salah satu bukit yang ada di Purbalingga, tepatnya saat ini di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang. Lokasinya tak jauh dari Desa Pekiringan, tempat lahir Mas Pirngadie. Gunung atau lebih dikenal Ardi Lawet merupakan tempat yang cukup sakral dan dikeramatkan di Purbalingga sebab dipercaya menjadi petilasan Syekh Jambu Karang, penyebar Agama Islam abad ke 12 di lereng timur Gunung Slamet itu.
Berikurnya, S.T.A juga menceritakan perjalanan hidup Mas Pirngadie dan kiprahnya. Saya mencoba menyarikannya dikombinasikan dengan referensi lain sebagai berikut :
Lahir di Purbalingga, Lalu Mengembara
Darah seni yang mengalir dalam diri Pirngadie berasal dari ayahnya Mas Mertojoedo, seorang petani namun juga ahli ukir serta pandai emas dan perak yang cukup tenar di Desa Pekiringan, Purbalingga. Namun, Pirngadie tak pernah menerima pelajaran seni dari ayahnya, sebab sudah meninggal dunia ketika Ia masih berusia lima tahun.
Sepeninggal bapaknya, Pirngadie diasuh adik dari ibunya, Haji Mochammad Tahir, ulama dan penghulu di desanya. Pirngadie pun dibekali ilmu agama dari ayah angkatnya itu dan berharap Ia akan menggantikanya. Namun, pada usia tujuh tahun, Pirngadie diadopsi oleh sepupunya (putra kakak ayahnya), Mas Joedodimedjo, seorang pegawai kadaster / pertanahan di District Bukateja, masih di Purbalingga. Ia pun menyekolahkan Pirngadie dengan harapan bisa menjadi seperti dirinya.
Ketika Mas Joedodimejo pindah tugas, Pirngadie pun turut serta dan dimulailah pengembaraannya. Mula-mula ke Magelang, lalu ke Sukabumi, Jawa Barat.Â
Saat di Sukabumi Ia juga belajar di Frobelschool Mejuffrow H.Brox. Tak lama di Sukabumi, pindah ke Bandung. Pirngadie masuk externenschool dan sore hari belajar Bahasa Belanda pada H. Falk.
Pada 1889, di usia yang masih sangat belia, 12 tahun, Pirngadie sudah memenuhi harapan ayah angkatnya, Ia diterima magang pada jabatan kadaster.Â
Pekerjaan itu berkaitan dengan sistem administrasi informasi persil tanah, mengurusi hak, batasan dan tanggung jawab dalam bentuk uraian geometrik atau peta sebagai dasar pengelolaan hak atas tanah, nilai tanah, dan pemanfaatan tanah.Â
Pirngadie mulai terlibat pekerjaan membuat peta-peta tanah. Sebagai pegawai kadaster, pertama Ia ditugaskan di Cicalengka, Jawa Barat kemudian pindah tugas ke Pasuruan, Jawa Timur.Â