Salah satu makam yang cukup mencolok disitu karena bentuknya unik dan tampak paling artistik adalah makam dari Wilhemine Hoff. Ia adalah bayi berumur 1 tahun, dilahirkan pada 1893 dan meninggal 1894. Makam dengan nomor registrasi 69 itu berbentuk tugu sepeti lilin sehingga warga sekitar menyebutnya sebagai 'makam lilin'.
Selain wilhemine, juga ada Andreana Johana Getruide Burgmans yang juga bayi berumur 1 tahunan. Ia lahir pada 28 November 1871 dan meninggal pada 26 Agustus 1872.
Catatan :
Purbalingga resmi di bawah Pemerintahan Kolonial Belanda pada  1830. Artinya, birokrat atau pegawai Pabrik belanda baru masif masuk Purbalingga setelah 1830. Oleh karena itu, logis apabila makam tertua di Kerkop Purbalingga bertarikh 1865, 35 tahun kemudian.
Meneer Burgmans yang Beristri Mbok Dijem
Terkait Burgmans, ada yang menarik ketika ditelusuri lebih lanjut, yaitu, sosok yang bernama Hendrik Burgmans. Pada buku, Tembakau di Purbalingga : Sejarah dan Perkembanganya (2019), di mana saya sebagai salah satu tim penulisnya disebutkan bahwa, Ia adalah seorang administrator pada pabrik tembakau yang beroperasi di Purbalingga, De Erven de Wed. J. van Nelle.
Â
Hendrik Burgmans lahir 7 Oktober 1846 di Rotterdam dan meninggal di Purbalingga 19 Agustus 1915 di usianya yang ke 68. Dia menikah dengan dua wanita, satu di Belanda satu di Purbalingga.
Isteri pertama bernama Geertruida Johanna Bekker yang dinikahinya pada 28 Oktober 1869. Dari pernikahan tersebut mereka memiliki keturunan, diantaranya : Geertruida Laura Burgmans (1880-1943) yang lahir di Purbalingga dan meninggal di Den Haag. Cornelia Adelaide Burgmans (1881-1969) lahir di Purbalingga dan meninggal di Gravenhage
Isteri kedua Hendrik Burgmans yakni Dijem alias Diyem yang merupakan perempuan pribumi, asli Purbalingga yang memberinya 4 keturunan, yakni : Hendrika Burgmans (1885 -- 1915), lahir di Purbalingga dan meninggal di Rotterdam (profesi sebagai perawat di rumah sakit). Marie Burgmans (1887-1974), lahir di Purbalingga dan meninggal di Eindhoven.