Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita dari Kuburan Belanda, Kerkop Purbalingga

12 Desember 2023   16:48 Diperbarui: 12 Desember 2023   16:54 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Kerkop Purbalingga (Foto by Anto Juan)

Bentuk-bentuk makam di Kerkop, termasuk stana landa Purbalingga terdiri dari kubus, peti, dan tugu. Setiap makam diberi nomor sebagai tanda bahwa makam telah teregistrasi. Ini nih yang salut, Belanda, untuk urusan apapun memang pendataannya cukup detail dan teratur.

Kemudian, berbeda dengan makam pribumi yang orientasinya utara-selatan, makam-makam Belanda berorientasi timur-barat.  Selain makam, terdapat bangunan seperti Gereja Kecil (knekelhuis) yang dahulu digunakan sebagai tempat untuk menyemayamkan jenasah sebelum dikubur.

Kebayang, dulu ada upacara orang mati di depan gereja kecil, kemudian ada prosesi pemakaman dan lalu dikebumikan tak jauh dari situ... hmmh..

Sayang, akibat faktor usia dan cuaca, dan kurangnya perawaran sebagian besar makam berlumut, berkerak dan warnanya kusam. Banyak batu nisan yang terbuat dari marmer juga menjadi aus sehingga tulisan keterangannya sudah banyak yang tak bisa terbaca. Gereja kecil juga sudah menjadi gudang tempat perkakas.

Kerkop Purbalingga, Kuburan Siapa?

Rupanya yang dikuburkan di Kerkop Purbalingga adalah pemakaman untuk non militer atau warga sipil Belanda dan keluarganya. Selain para biroktat, di antaranya adalah pegawai di perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda seperti pabrik gula yang terletak di Bojong dan Kalimanah serta pabrik tembakau di Kandanggampang.

Kalau yang bisa saya baca, makam tertua di situ adalah milik A.J. Vincent dan Claudien van Haak, yang dikebumikan pada 1865. Kemudian, ada beberapa batu nisan yang masih terbaca di antaranya ada makam saudari Claudien, Caroline Van Haak, perempuan yang dilahirkan di Malang 20 Juni 1821 dan meninggal di Poerbalingga pada 24 November 1894.

Tulisan di nisan-nisan yang sudah aus, masih terbaca makam Claudien dan Caroline van Haak, Burgmans (Dok Pribadi)
Tulisan di nisan-nisan yang sudah aus, masih terbaca makam Claudien dan Caroline van Haak, Burgmans (Dok Pribadi)

Selanjutnya adalah kuburan H. Burgmans,  C. van den Berg, Ny. M. Vaan Slef, John Engel, Th. Lafontaine, C. Lafontaine, Frans Jacobus Gerordeus - Meijer, Wilhelmine Hoff, Charles Henry Verploech, Tn Singh, A.J Vincent, Adriana Burgmans, Joseph Tan Tjwan Ling.

Jadi, jika melihat nama-namanya sebagian besar adalah orang Belanda. Ada nama yang berbau India yaitu Singh dan Tionghoa yaitu Josep Tan Tjwan Ling. Tidak ada nama-nama lokal ya seperti Daplun atau Gunanto.. hehe. Jadi, kompleks makam tersebut memang eklusif untuk warga Belanda dan kroninya.

Makam Lilin Wilhemine van Hoff (Dok Pribadi)
Makam Lilin Wilhemine van Hoff (Dok Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun