Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Galuh Purba, Kerajaan Tertua di Jawa Ada di Lereng Gunung Slamet

29 Maret 2022   23:30 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:38 3838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak 'ketuaan' Galuh Purba bisa terlihat dalam kajian Eugenius Marius Uhlenbeck yang ditungkan dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura" (1964) yang menyiratkan bahwa rumpun Bahasa Banyumasan lebih tua dibandingkan dari sub bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Jawa lainnya. Bahasa Ngapak inilah yang ditengarai digunakan oleh masyarakat Kerajaan Galuh Purba. Kini, bahasa bercorak Banyumasan terbagi dalam sub dialek Banten lor, sub dialek Cirebon / Indramayu, sub dialek Tegalan, sub dialek Banyumas, dan sub dialek Bumiayu (peralihan Tegalan dengan Banyumas).

Lalu, di manakah tepatnya pusat Kerajaan Galuh Purba?

Kajian Van der Meulen tidak menyebut lokasi tepat, hanya menyebut di sekitar wilayah Gunung Slamet. Hal itu berarti kemungkinan bisa di wilayah yang kini masuk Banyumas, Brebes, Tegal, Pemalang atau Purbalingga.

Jadi, memang belum ada catatan pasti, namun setidaknya di Purbalingga kabupaten yang wilayahnya berada di lereng Gunung Slamet ditemukan dua prasasti, yaitu Prasasti Cipaku dan Prasasti Bukateja yang diperkirakan berasal dari sekira abad ke 5. Sementara di wilayah lereng Gunung Slamet lain, belum ditemukan prasasti.

Prasasti Cipaku berada di Dukuh Pangebonan, Desa Cipaku, Kecamatan Mrebet yang tertulis dalam Huruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Sementara Prasasti Bukateja yang terbuat dari emas saat ini disimpan di Museum Leiden, Belanda.

Kemudian, selain itu juga ditemukan berbagai macam artefak seperti phalus, menhir, lingga yoni, arca dan beberapa peninggalan bersejarah era pra Hindu sampai Hindu-Budha di Purbalingga. Hal ini membuktikan daerah Purbalingga sudah dihuni peradaban pada era tersebut.

Hal itu diperkuat dengan beberapa folklore di masyarakat yang menunjukkan kedekatan bangsawan Sunda dengan wilayah yang ada di Purbalinga. Mereka banyak menyepi ke wilayah panginyongan itu. Misalnya, Syeh Jambu Karang, pendiri Perdikan Cahyana dan diakui sebagai salah satu leluhur Wong Purbalingga adalah pangeran dari Kerajaan Pajajaran bernama Raden Mundingwangi. Petilasannya yang ada di Gunung Ardi Lawet, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang masih dikeramatkan hingga kini.

Lalu, ada banyak nama tempat juga dekat dengan Bahasa Sunda, misalkan ada Sungai Ideng (hideung = hitam), Sungai Kahuripan (hurip = hidup), Onje (honje = kecombrang = bunga burus), Gunung Cahyana dan lainnya. Ada juga Legenda Suku Pijajaran atau Wong Alas Carang Lembayung di masyarakat sekitar hutan pegunungan utara Purbalingga yang dipercaya merupakan prajurit pengawal Raden Munding Wangi.

Kemudian, kompleks Goa Lawa / Lava, Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja ada petilasan yang dipercaya berhubungan dengan tokoh-tokoh dari Kerajaan Pajajaran. Pertama, ada tumpukan batu yang disebut sebagi lokasi Pertapaan Prabu Siliwangi. Kedua, ada Gua Ratu Ayu yang dihuni oleh Endang Murdiningsih dan Endang Murdaningrum, dua putri Prabu Siliwangi. Mereka berdua ditemani tiga ekor maung, berwarna hitam, putih dan kuning.

Pertautan antara Tokoh-tokoh Pajajaran dengan wilayah-wilayah di Gunung Slamet serta kisah yang melingkupinya tersebut menandakan adanya hubungan yang cukup erat. Mereka datang ke wilayah 'Bumi Panginyongan' bukan tanpa maksud, Bisa jadi mereka 'pulang kampung' ke tanah leluhurnya.

Catatan : Jejak kerajaan Galuh Purba dibahas dalam diskusi Historia Perwira dengan tema 'Galuh Purba : Kerajaan Tertua di Jawa ada di Purbalingga?' yang berlangsung di Kedai Pojok Purbalingga, Minggu malam (27/03/2022). Catatan ini merupakan intisari materi yang disampaikan penulis di mana menjadi salah satu pemantik pada diskusi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun