Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teka-Teki 'Makam Nazi' di Purbalingga

1 Maret 2022   22:45 Diperbarui: 1 Maret 2022   22:50 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ini simbol dengan ukuran lebih besar di  kanan dan kirinya/dokpri

Sebuah makam tua di kompleks kuburan warga menarik perhatian saya. Meski tubuh makam sudah berantakan, bagian nisannya masih bertahan. Pada bagian yang terbuat dari batu marmer itu masih tergores jelas tulisan lima baris dengan Aksara Jawa yang menjelaskan empunya kuburan tersebut.

Terjemahan dari tulisan tersebut kurang lebih begini :

Mas Martowipojo

Yuswa 65 tahun

Seda nalika dinten Setu Pon

4 Jumadilakir Tahun Panji 9854

12 Januari 1924

 Artinya, seorang bernama Mas Martowipojo, umur 65 tahun, meninggalnya hari Sabtu Pon (hari pada Kalender Jawa), 4 Jumadil akhir (bulan pada Kalender Jawa) Tahun Panji 9854 atau 12 Januari 1924 (Tahun Masehi).

Nah, yang menarik pada ke empat sudut bidang tulisan tersebut ada simbol Swastika. Kemudian, pada bagian di kanan dan kirinya juga tercetak simbol legendaris itu, meski sudah aus namun masih jelas terbaca, dengan ukuran lebih besar pada posisi miring.

ini simbol swastika di ke empat pojok

ini simbol dengan ukuran lebih besar di  kanan dan kirinya/dokpri
ini simbol dengan ukuran lebih besar di  kanan dan kirinya/dokpri

dokpri
dokpri

Simbol itu tentu sudah banyak orang mahfum. Swastika miring 'sinistrovere' adalah perlambang Partai NSDAP (National Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei / Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman) alias Nazi. Partai itu berdiri pada 24 Februari 1920 dan pernah berkuasa di Jerman pada era kepemimpinan Adolf Hitler. Ia pemimpin legendaris yang memngobarkan Perang Dunia II. Seorang diktator yang terkenal kejam dan menurunkan tangan besi dengan membantai jutaan Kaum Yahudi atas nama superioritas Bangsa Arya.

Ok, kembali ke makam yang terletak di Kompleks Kuburan Gunung Wujil, Kampung Curgecang, Kelurahan Purbalingga Kidul itu. Saya bertakon-takon, apakah sosok yang dikuburkan di makam tersebut adalah seorang Nazi atau simpatisan Nazi? Apakah pengaruh Nazi sudah sampai ke Purbalingga yang beribu kilometer jauhnya kala itu?

Keberaaan makam itu dan siapa sosok yang dikuburkan di sana masih menjadi teka-teki.

Setahun lalu, saya menyambangi makam tersebut. Saya menemui Pak Hambali, warga setempat yang mengaku usianya sudah lebih dari 70 tahun. Ia bisa membaca Aksara Jawa yang tegores pada nisan tersebut. Namun, Pak Hambali tidak paham saat ditanya siapakah sosok Mas Martowipojo.

dokpri
dokpri

Menurutnya, warga sekitar juga tidak paham sosok itu. Tak juga ada keturunannya yang tinggal di sekitarnya. Pak Hambali menyebut dulu masih ada yang meziarahi makam itu, namun bukan warga setempat. Hanya saja beberapa tahun terakhir sudah tidak ada lagi sehingga makam tersebut semakin tidak terawat. Dulunya, makam yang cukup besar dan megah itu dipagar besi keliling namun sudah dirobohkan.

Siapakah Mas Martowipojo, saya menelusuri tokoh-tokoh Purbalingga dan keturunan bangsawan pada era itu tak menemukan datanya. Namun, menilik bangunan makam itu yang cukup megah, sepertinya sosoknya meski masih misteri namun orang yang cukup berpengaruh.

Penggunaan nama depan Mas, kemungkinan juga masih berhubungan dengan statusnya sebagai bangsawan atau priyayi. Pada era itu banyak nama-nama priyayi dengan nama depan Mas. Misal, ada Mas Pierngadi, pelukis kenamaan era kolonial yang berasal dari Pekiringan yang lahir pada 1878. Ada juga Mas Dwijosapoetro, Mas Soepardi dan Mas Notosoedarmo anggota Regentschap Raad (Dewan Kabupaten) Poerbolinggo Tahun 1929.

Kembali ke Mas Martowipojo. Saya meragukan Ia seorang Nazi atau simpatisan partai besutan Hitler itu. Begini, pada nisan tersebut Ia meninggal pada umur 65 pada 12 Januari 1924. Saat itu, Nazi baru berumur 4 tahun dan Hitler belum moncer-moncer amat. Saya pikir agak mustahil pengaruh Nazi sudah sampa di Indonesia, apalagi Purbalingga.

Kalau makamnya pada tahun-tahun 1940-an agak mungkin, sebab, di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor ada 10 makam tentara Jerman. Mereka merupakan bagian dari sekelompok pasukan Jerman yang mendompleng Jepang saat menginvansi Hindia-Belanda. Kabarnya, mereka tewas dihajar pejuang Republik karena dikira Pasukan Belanda.

merdeka.com
merdeka.com

Lalu, lambang swastika di Makam Martowipojo menandakan apa?

Bisa jadi simbol keagamaan atau kelompok kepercayaan tertentu. Lambang Swastika sudah ribuan tahun ada dan digunakan oleh berbagai bangsa di dunia. Menurut wikipedia, simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea

Pada tradisi Hindu, kata Swastika terdiri dari kata Su yang berarti baik, kata Asti yang berarti adalah dan akhiran Ka yang membentuk kata sifat menjadi kata benda. Sehingga lambang Swastika merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (Semoga dalam keadaan baik).

Swastika juga banyak mengandung arti, bila searah dengan arah jarum jam berarti mengandung hal - hal yang bersifat atau mengandung kebaikan. sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu bentuk kejelekan dan banyak digunakan oleh para penyihir - penyihir dizaman dahulu. Swastika yang searah jarum jam juga berarti mengikuti arus aturan dan kebiasaaan kehidupan yang berlaku di masyarakat pada umumnya (searah jarum jam = searah perputaran waktu kehidupan di bumi), sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu perbuatan yang berlawanan dari segala arus aturan dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat.

Dengan berbagai temuan tersebut, sepertinya Mas Martowipojo adalah seorang penganut Hindu. Ia meninggal dan kemudian dimakamkan di Curgecang, Purbalingga itu. Hindu merupakan agama yang banyak dipeluk oleh masyarakat Indonesia sebelum masuknya Islam dan masih banyak dianut hingga kini. Sampai saat ini, tradisi Hindu juga masih banyak dipraktekan di masyarakat nusantara.

Sumber :

*Reportase ke Makam Gunung Wujil di Curgecang dan Wawancara Pak Hambali, 19 Maret 2021

*Penjelasan mengenai Swastika dan Partai Nazi di Wikipedia

*Artikel mengenai Makam Nazi Bogor di merdeka.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun