Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nyanyian Owa di Belantara Sisik Naga

9 Februari 2022   22:11 Diperbarui: 9 Februari 2022   22:22 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Ekspedisi Sisik Naga

Monyet mungil berbulu abu-abu keperakan itu bergelantungan dari dahan ke dahan. Nyanyian si betina yang riuh terdengar sampai jauh memecah keheningan pagi. Gerakan si jantan gesit megimbangi betina yang berayun-ayun genit dengan tanggannya yang lebih panjang dari kaki.

Sketsa alam itu menjadi sajian orkestra pagi yang bisa disaksikan di kawasan Perbukitan Sisik Naga, satu-satunya wilayah hutan alam yang masih tersisa di utara Purbalingga itu. Owa Jawa (Hylobates moloch) adalah aktor utama yang mengusai 'panggung' hutan di daerah tersebut.

Primata yang tak memiliki ekor itu adalah maskot dari perbukitan yang membentang di utara Purbalingga berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Topografinya berbukit-bukit dan jika dilihat melalui google earth tampak seperti sisik-sisik naga menjadi asal muasal penamaan wilayah tersebut.

Dokpri, Tim Ekspedisi Sisik Naga
Dokpri, Tim Ekspedisi Sisik Naga

Keberadaan Owa di Perbukitan Sisik Naga di Purbalingga - Jawa Tengah menjadi spesial karena binatang itu dikenal sebagai satwa endemik di kawasan hutan yang ada di Jawa Barat seperti Taman Nasional Halimun-Salak, TN Gede-Pangrango, TN Ujung Kulon dan kawasan Gunung Papandayan.

Selain itu, fauna itu juga harus menjadi perhatian karena eksistensinya yang sudah hampir punah. The Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List mencatatnya dengan status konservasi sebagai satwa 'endagered species'. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan upaya menjaga kelestarian hewan yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Javan Gibbon atau Silvery Gibbon itu.

Ancaman kepunahannya ada di depan mata, ada illegal logging, perburuan liar, fragmentasi habitat dan kepentingan ekonomi lainnya yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal itu sudah terjadi dan semakin masif dari hari ke hari.

Selain itu, Owa juga memiliki sifat alamiah yang menjadikannya semakin rentan punah, yaitu, Ia adalah binatang monogamis. Owa itu setia, hanya berpasangan dengan satu betina atau jantan sepanjang hidupnya. Hmmmh, dalam konteks ini setia bukanlah hal yang baik ya... hehe.

Selain Owa, kawasan yang mendapatkan julukan 'Amazonnya Purbalingga' itu juga dihuni primata yang lain, ada Lutung jawa (Thracypitecus aruratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Kemudian, dari keluarga burung ada Elang Jawa (Nizaetus bartelsii) yang juga spesies terancam punah masih menghiasi langit Sisik Naga. Selain itu, ada Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Elang Hitam (Ictinaetus malaiensis), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Rangkong Julang Emas (Aceros undulatus) dan berbagai jenis burung lain.

Untuk kekayaan mamalia ada Macan Tutul (Panthera pardus melas) yang masih sesekali menampakan batang hidungnya, Babi Hutan (Sus Schrofa), Kijang (Muntiacus muntjak) dan lainnya. Belum lagi ragam flora yang juga tumbuh subur di kawasan itu.

Sebagian data yang disebutkan itu diperoleh dari catatan Ekspedisi Sisik Naga yang dilakukan oleh gabungan pegiat alam di Purbalingga bekerjasama dengan Kelompok Studi Biologi (KSB) Universitas Atmajaya, Oktober-Desember 2020 lalu. Ekpedisi tersebut merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kawasan hutan alam Purbalingga yang masih tersisa itu.

Tim Ekspedisi Sisik Naga
Tim Ekspedisi Sisik Naga
Selain kaya keanegaragaman hayati, kawasan Pegunungan Sisik Naga juga menjadi  hulu bagi dari  sungai-sungai yang mengalir di Purbalingga. Kemudian, wilayah itu juga merupakan 'water catchment' area yang menjadi penyedia air bersih bagi wilayah Purbalingga.

Jadi, kerusakan kawasan hutan Pegunungan Sisik Naga akan berdampak langsung bagi masyarakat. Fenomena semakin mudahnya kekurangan air bersih di musim kemarau serta banjir dan longsor di musim hujan mewakili hal tersebut. Bukan hanya Owa yang akan punah, manusia juga sengsara jika hutan dibiarkan merana.

Ah, semoga terus terdengar nyanyian riang Owa di Belantara Sisik Naga.

Salam Lestari, Lestari Alamku, Lestari Hutanku, Lestari Indonesiaku.

Gunanto ES I Alumni Fakultas Kehutanan IPB I Ketua Ekspedisi Sisik Naga 2020

Keterangan : Data-data dan foto berasal dari Tim Ekspedisi Sisik Naga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun