Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagebluk Corona, Inferno, Thanos, dan Theori Maltus

21 Maret 2020   08:08 Diperbarui: 21 Maret 2020   08:09 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malthus dan Bukunya (Gambar : Book Depository)

Robert Langdon, profesor simbolog dari Havard University dibantu Dr. Siena Brooks seorang ilmuwan muda-cerdas-cantik berhasil memecahkan teka-teki super rumit milik Bertrand Zobrist, ilmuwan ahli genetika jenius super kaya yang menciptakan virus mematikan. 

Mereka harus berkejaran dgn waktu karena Zobrist akan segera melepaskanya agar tercipta wabah penyakit yang bisa mengurangi populasi penduduk bumi. 

Rumitnya, Zobrist sudah tiada karena bunuh diri dan menyembunyikan waktu serta tempat pelepasan virus dengan kode-kode dibalik simbol yang ada dalam karya satrawan abad pertengahan Dante Aligheri berjudul Inferno, Neraka.

Kenapa Zobrist begitu gila dengan menciptakan virus mematikan dan hendak menyebarkanya ke seluruh dunia? Sebab, Ia berpendapat dunia sudah keberatan beban, rawan konflik, sumpek dan semakin tidak nyaman akibat kebanyakan manusia sehingga perlu ditata ulang. 

Caranya, ya dengan mengurangi populasi manusia di bumi, yang lemah musnah yang kuat akan bertahan. Setelah itu terjadi, menurutnya bumi akan kembali normal, manusia yang bisa bertahan akan hidup lebih nyaman dan beradab.

Hal itu terungkap dalam sebuah adegan dimana Sienna yang ternyata adalah kekasih Zobrist, menjebak Langdon usai semua kode terbuka dan hendak meninggalkanya. Langdon berusaha menyadarkan Sienna. 

"Membunuh miliaran manusia untuk menyelamatkan kehidupan, adalah logika para tiran," ucapnya. Sienna dengan yakin menjawab. "Ini adalah untuk kebaikan. Untuk tujuan kemanusiaan yang lebih besar," jawab Sienna Brooks yang menjelaskan maksud dan tujuan Zobrist.

Singkat kata, dengan berbagai upaya ditengah sengkarut perburuan pembunuh bayaran dan ikut campurnya WHO, badan kesehatan dunia, Langdon bisa menggagalkan ide gila Zobrist yang akan diparipurnakan oleh kekasihnya. Virus dimusnahkan, wabah dihentikan.

Itu adalah cerita dalam novel 'Inferno' karya Dan Brown yang juga difilmkan dengan judul yang sama pada tahun 2016. Langdon yang berjibaku untuk menggagalkan penyebarab virus mematikan itu diperankan oleh aktor kawakan, Tom Hanks. 

Ironisnya, baru-baru ini, Tom Hanks mengumumkan jika dirinya dan sang istri, Rita Wilson, terinfeksi Virus Corona, sebuah virus yang berpotensi untuk mengurangi populasi manusia secara signifikan seperti virus yang diciptakan Zobrist dalam Inferno.

Jika dalam Inferno, Langdon dengan susah payah berhasil mencegah menyebarnya virus Zobrist. Semoga di dunia nyata, Tom Hanks bisa pula mengatasinya dan sembuh dari Virus Corona yang berasal dari Wuhan, China itu.

Ide untuk mengurangi populasi manusia agar dunia ini lebih beradab sebenarnya bukanlah hal baru. Pencetus utamanya adalah Thomas Robert Maltus, ilmuwan terkemuka abad ke 18. 

Saat belajar Ilmu Lingkungan, Pertanian, Ekonomi atau Demografi, Malthus dengan masterpiece-nya "An Essay on The Principle of Population" pasti tak luput disebut. Inti buku itu adalah teori pesimistik yang menyatakan dunia ini akan mengalami kekacauan, kepunahan. Apa sebabnya? Pertambahan penduduk!

Malthus dan Bukunya (Gambar : Book Depository)
Malthus dan Bukunya (Gambar : Book Depository)

Penduduk dunia yang berkembang biak bak amoeba, mengikuti deret ukur yang susah dikendalikan. Sementara, kemampuan alam menyediakan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia : sandang, papan, pangan terbatas. 

Suatu saat dunia ini akan krisis sumberdaya alam, tak mampu lagi menopang kehidupan manusia. Jalan menuju kepunahan manusia terbuka lebar, kiamat!

Solusinya, tentu saja pengendalian jumlah penduduk. Caranya bisa berbagai macam, dari yang lembut seperti pembatasan penduduk seperti program KB, cegah pernikahan dini sampai yang ekstrim, pemusnahan masal.

Teori Malthus ini, selain banyak dikaji pro dan kontranya secara ilmiah, di kemudian hari juga menginspirasi kisah-kisah fiksi. Saya percaya para pencipta Marvel Universe belajar Teori Malthus dan mencoba memasukannya dalam cerita rekaan mereka. Salah satunya lewat karakter Thanos. Penjahat utama di Marvel Universe yang tenar dengan Film Avenger beberapa waktu lalu.  

Menurut saya, Thanos adalah salah satu 'pengikut' Malthus garis keras. Pendekar Batu Akik itu Malthusian sejati yang percaya semesta ini akan lebih baik bila setengah populasi dimusnahkan kemudian direset ulang. Kenyamanan, kemakmuran, keteraturan sulit dicapai jika dunia ini dipenuhi penduduk. 

Pembasmian separuh atau lebih polulasi dianggap sebuah upaya mulia untuk membuat dunia menjadi lebih baik dan Thanos merasa berhak dan dipilih semesta untuk mewujudkannya.

"Alam semesta ini sumberdayanya terbatas, jika tidak dikendalikan dunia akan berakhir," ujar Thanos ke Gamora, anak angkatnya, saat menjelaskan tindakannya brutalnya di seri Avengers : Infinity Wars. Penjelasan Gamora, sebagai satu-satunya mahluk yang disayangi Thanos, bahwa tindakan brutalnya itu salah tak mempan. Bahkan, Thanos rela mengorbankan Gamora demi mendapatkan batu jiwa.

"Terlalu banyak penduduk, tak cukup ruang bergerak. Aku menawarkan solusi," ujar Thanos ke Dr. Strange ditengah duel mereka. Argumen Strange yang menjelaskan bahwa tindakan Thanos keliru pun hanya masuk telinga kanan keluar telinga.

Intinya doktrin, argumen atau pendapat apapun tak mempan mempengaruhi Thanos. Ia bebal, kepala batu, merasa benar, merasa berhak dan apa yang dilakukannya adalah mulia. Maka dengan kekuatan infinity stones alias batu akik paket lengkap yang sudah didapatkannya, manusia super yang sakti mandraguna bergabung jadi Avengers pun tak mampu mengalahkannya.

Thanos pun berhasil mewujudkan cita-cita Malthus. Separuh lebih mahluk jagat raya, tidak hanya bumi, musnah.

Mission acomplished!

Thanos (Gambar : Somagnews)
Thanos (Gambar : Somagnews)

5 tahun kemudian

"Saya melihat lumba-lumba sudah banyak di Sungai Hudson. Udaranya sangat segar," kata Steve Rogers a.k.a Captain Amerika kepada Natasha Romanoff.

Mereka berdua selamat dari pemusnahan masal dan Steve tengah bercerita perjalannnya menuju kantor Avengers yang sudah berubah jadi sunyi senyap. Saat itu, 5 tahun pemushanan masal oleh Thanos sudah berlalu.

Natasha alias Black Widow membalas. "Jadi kamu setuju dengan ulah Thanos?" ujarnya satir.

Alam semesta digambarkan berubah drastis, populasi mahluk hidup di jagat raya ini berkurang separuhnya. Cita-cita Thanos membentuk tatanan baru di alam semesta ini sudah mulai keliatan berhasil.

Saat itu, Thanos sudah memutuskan pensiun. Ia tak mau lagi ditemani, pasukannya dibubarkan. Pendekar 'janggut kantong menyan' itu mojok di sebuah sudut jagat raya yang damai dan tenang. 

Thanos memilih untuk bertani, buah naga adalah komoditas yang dibudidayakannya. Baju zirahnya sudah digantung di depan dangau di tengah kebun miliknya.

Alam semesta sudah damai, tak ada lagi perang. Kualitas kehidupan pun semakin baik karena sebagian besar mahluk hidupnya musnah. Semesta memulai tatanan dunia baru.

Sekarang Virus Corona tengah menyebar. Adakah Zobrist atau Thanos yang tengah melepas pagebluk?

Apakah dunia tengah dibentuk menuju tatanan dunia baru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun