"GMIT ini perusahaan yang terkemuka waktu itu, gudangnya saja besar-besar, berjumlah puluhan dan tersebar di berbagai wilayah Purbalingga," katanya.
Menurutnya, di Wilayah Kecamatan Padamara dan Kutasari saja ada setidaknya empat gudang tembakau, yaitu di Padamara, Kalitinggar, Karangaren dan Karanggambas.Â
Gudang tembakau GMIT juga ada di Desa Beji dan Pagutan yang menampung tembakau dari Kecamatan Bojongsari. Lalu, ada gudang tembakau di Desa Kalapacung, Gunung Karang dan Karangduren yang menampung produksi tembakau dari Kecamatan Karangreja dan Bobotsari.
Gudang tembakau itu, selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan juga tempat untuk ngomprong daun tembakau. Oleh karena itu, Tri Daya meyakini jika lahan tembakau di Purbalingga saat itu sangat luas. "Mungkin bisa sampai ribuan hektar karena gudangnya besar-besar dan ada dimana-mana," katanya.
Kejayaan tembakau di Purbalingga ternyata tercatat jauh sebelum GMIT berdiri. Hasil penelusuran Ganda Kurniawan, Sejarawan Purbalingga, menyebutkan bahwa sebelum tahun 1900-an sudah ada perkebunan tembakau yang beroperasi di wilayah Purbalingga.Â
Sebab, dalam buku De Tabaksplantages Op Sumatra, Java en Borneo terbitan Amsterdam tahun 1906 yang ditulis oleh J.H. Lieftinck & Zoon di wilayah Karesidenan Banyumas ada 4 perusahaan tembakau, dua diantaranya ada di wilayah Purbalingga.
Pertama ada perusahaan De Erven de wed. J. van Nelle yang pimpin oleh H. Burgmans. Perusahan itu memproduksi tembakau dengan merk Van Nelle dikenal tidak hanya di Indonesia namun dipasarkan hingga ke eropa oleh perusahaan yang berbasis di Rotterdam itu.Â
Burgmans bahkan meninggal dan dimakamkan di Kerkhof Purbalingga. Kedua, perusahaan bernama Kandanggampang Mulder Redeker & Co yang dipimpin oleh Cornelis Johannes.
Ganda juga mempelajari peta-peta terbitan era kolonial yang menjadi koleksi perpustakaan Universitas Leiden. Pada peta dengan titi mangsa 1917 tercatat beberapa gudang tembakau yang disebut dengan Tabakloodsen, diantaranya ada di Kelurahan Kandanggampang, Desa Penaruban yang berada di dekat jembatan lama Sungai Klawing, Desa Karanglewas dan Walik di Kecamatan Kutasari serta Desa Pagutan, Kecamatan Bojongsari.