"Karyawan PT GMIT Bubar", kalimat singkat itu menjadi keterangan sebuah foto jadul ber-tone shepia yang ada di kumpulan foto bertajuk 'Photo-Photo Purbalingga Tempo Dulu' yang diunggah situs http://purbalingga-info.blogspot.com. Tak tampak keterangan lokasi dan tahun namun jelas terlihat papan nama bertuliskan PT GMIT.Â
Pada foto itu terpampang aktivitas karyawan pabrik saat lepas kerja. Ada becak yang mengantar-menanti penumpang, ada yang menggunakan sepeda bahkan ada yang dijemput dengan menggunakan sepeda motor.
Untuk ukuran Purbalingga kala itu, PT GMIT merupakan pabrik yang tergolong besar. Pabrik pengolahan tembakau berkualitas ekspor itu mempekerjakan ratusan pekerja.
"Saya masih ingat waktu kecil sering melihat karyawan GMIT pulang kerja. Pekerjanya klimis-klimis dan kelihatan lebih sejahtera, beda dengan karyawan pabrik lain yang kelihatan lebih kucel," ujar Adi Purwanto, warga Babakan yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Purbalingga dalam Focus Group Discussion (FGD) 'Sejarah Tembakau di Purbalingga dan Perkembangannya' yang diselenggarakan oleh Bagian Perekonomian, Sekretariat Daerah di Warung Djoglo, Selasa, (09/07).
Saat itu, kata Adi, di sekitar GMIT sudah ada pabrik rambut palsu dan pabrik pengolahan mie. "Saat pulang saya bisa membedakan mana karyawan GMIT mana karyawan pabrik yang lain, karyawan GMIT yang paling klimis," ujarnya mengenang.
Selain itu, jika warga sekitar Kandanggampang ingin menyaksikan siaran televisi yang merupakan barang mewah kala itu, mereka akan berbondong-bondong ke rumah mandor PT GMIT yang tak jauh dari pabrik.Â
Para pekerja GMIT juga banyak yang menggunakan sepeda atau sepeda motor yang saat itu kepemilikannya masih terbatas.
GMIT yang merupakan akronim dari Gading Mas Indonesian Tobacco memang perusahaan pengolah tembakau yang cukup besar di Kabupaten Purbalingga.Â
Produknya merupakan tembakau berkualitas pembungkus cerutu yang diekspor ke Bremen, Jerman. Saat itu, industri tembakau pernah berjaya dan menjadi sandaran hidup warga masyarakat kabupaten di kaki Gunung Slamet itu.
Tokoh Masyarakat Purbalingga Tri Daya Kartika menyatakan GMIT merupakan peralihan dari Tobbaco Indonesia Coorporation (TIC) yang kemudian dinasionalisasi setelah era kemerdekaan.Â