Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

5 Pujian dan Kritik atas Film Wiro Sableng

7 September 2018   13:40 Diperbarui: 7 September 2018   13:56 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kostumnya Kece Sihh... tapiii... (grid.id)

Saya penggemar berat serial Wiro Sableng. Tentu saya tak melewatkan kesempatan menonton saat karya Om Bastian Tito itu difilmkan. Apalagi ada cawe-cawe Hollywood dalam penggarapanya. Jadi, hukumnya wajib bagi saya untuk menonton sepak terjang Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 nan sakti-ganteng-kocak-sableng itu dalam amar maruf nahi mungkar di Bumi Nusantara.

Saya menonton filmnya sendirian, jadi cukup menghayati filmnya sampai habis, sampai di ruang biskop tinggal sendirian baru saya keluar. Saya menonton di hari penutupan Asian Games jadi masih ada ikat kepala bertuliskan Indonesia di jidat  yang bikin saya terlihat aneh di Djakarta Theatre.

Nonton disela Closing Ceremony Asian Games ( Dok. pribadi)
Nonton disela Closing Ceremony Asian Games ( Dok. pribadi)
Oke, setelah menonton, saya mau menulis review soal film Wiro Sableng. Isinya 5 pujian juga 5 kritik terhadap film garapan Life Like Pictures yang didukung 20th Century Fox itu. Saya mulai dari pujian dulu ya, baru lanjut kritikannya.

Pujian yang Pertama, film Wiro Sableng adalah film berbujet besar dan digarap dengan serius. Milyaran duit digelontorin Mbak Sheila plus dukungan sutradara, aktor, penulis naskah, penata laga, penatas musik papan atas udah cukup buktiin film itu bukan main-main. Hasilnya, efek CGInya memang canggih cuy. Gerakan meringankan tubuh dan jurus-jurus silat Wiro, Mahisa Birawa, Anggini, Bujang Gila Tapak Sakti jadi asyik ditonton. Koreografi laga hasil kolaborasi Yayan Ruhian dan Chan Man Ching memberi sentuhan ala aksi film laga China yang dikenal menawan.

Kedua, film ini tergolong kocak. Akting Vino G. Bastian  lumayan segar, plus kekonyolan Si Fariz sebagai Bujang Gila Tapak Sakti cukup bisa mengocok perut. Ada beberapa kali saya ketawa ketiwi di Bioskop, pun penonton lain. Rara Murni, Anggini terlebih Bidadari Angin Timur juga bening banget dah.

Ketiga, menonton film Wiro juga sekalian mendukung hero lokal mendunia. Sebagai informasi, karakter Wiro masuk di game kelas wahid, Arena of Valor (AoV). Sudah barang tentu ini kebanggaan yang harus kita dukung sebagai anak bangsa. Nantinya Wiro bisa jadi Wiro Man, satu level sama Superman, Iron Man, Batman, Ant Man dan Man-man lainnya.

Wiro di Game Arena of Valor (kincir.com)
Wiro di Game Arena of Valor (kincir.com)
Keempat, promosi silat, senin beladiri asli Nusantara. Pada gelaran Asian Games kemarin, cabang olahraga silat luar biasa prestasinya. Nah, aksi silat banyak disajikan dalam film Wiro Sableng. Tentu kite musti seneng jika silat semakin mendunia. Salah satu media promosi yang efektif tentu saja lewat film ini.

Kelima, belajar Bahasa Inggris. Film Wiro subtittlenya Bahasa Inggris. Saya yang katro kemampuan berbahasa inggrisnya bisa sambil belajar lah. Minimal jadi bisa membedakan Bahasa Inggrisnya 'Gila' sama 'Gendeng'. Usul, kedepan harus ada tuh translate Bahasa Inggrisnya sepeminuman teh, sepenanakan nasi dan lainnya yang khas Bastian Tito.

So, overall, Film Wiro ini layak tonton. Apalagi buat anak jaman now daripada nonton film menye-menye apalagi horor porno nanggung yang najong tralala, film ini jauh lebih oke. Nah, anak jaman old yang mengenal Wiro Sableng lewat Novelnya, agak diturunin ya ekspektasinya.. hehe.

Ok, saya lanjutkan lima kritik untuk Film Wiro Sableng ya. Oleh karena sepertinya ada sekuelnya nih, udah dikasih tanda kemunculan musuh bebuyutan Wiro si Pangeran Matahari, ada beberapa kritik yang moga aja dibaca sama Angga Dwimas Sasongko Sang Sutradara, Mbak Produser Sheila Timothy atau Kang Seno Gumira yang nulis naskah untuk perbaikan film berikutnya. Sebab, sebagai penggemar die hard Wiro Sableng saya agak kecewa.

Pertama, serial Wiro Sableng itu dikenal dan asyik dinikmati karena aksi jurus-jurus silat mautnya. Ada kunyuk melempar buah, membuka jendela memanah rembulan, rajawali membubarkan anak ayam, menepuk gunung memukul bukit sampai orang gila menggebuk lalat. 

Pukulan pendekar sableng itu juga bukan hanya Pukulan Matahari, macam-macam lah, ada pukulan angin puyuh, benteng topan melanda samudra, segulung ombak menerpa karang, tameng sakti menerpa hujan sampai pukulan angin berhembus tindih menindih. 

Itu baru beberapa yang diajarin oleh Eyang Sinto Gendeng belum guru-guru yang lain seperti Kakek Segala Tahu, Tua Gila dari Andalas dan guru-guru lainnya. Nah, jurus dan pukulan itu hampir tak kelihatan dalam film. Wiro bertarung ya tarung doang tanpa kita tahu pakai jurus atau pukulan apa, pun jurus-jurus yang digelar musuhnya.

Kedua, kostum dan pernak perniknya. Kece siih, tapi lebay dan gak pas sama deskripsi di novel. Demi apa coba Bidadari Angin Timur kok bajunya kayak Elsa Frozen, cantik cuma bukan ajang peragaan busana woy! Lalu kostum Rara Murni kayak pesilat kungfu, Rana Weleng mirip temenya Wong Fei Hung dan kostum aneh dan gak pas lainnya. Yaa, bagus sih kostumnya tapi ya itu lebih cocok buat Jember Fashion Carnival... Hehe.

Kostumnya Kece Sihh... tapiii... (grid.id)
Kostumnya Kece Sihh... tapiii... (grid.id)
Ketiga, Sang Sutradara tidak banyak menjelaskan tokoh-tokoh yang terlibat. Contoh, Marcella Zalianty yang udah dibayar mahal-mahal cuma jadi pajangan tanpa sepatah katapun ngomong. Padahal dia berperan sebagai Permaisuri Raja Kamandaka yang anak sama adik iparnya lagi diculik dan suaminya mau dikudeta. Pendekar-pendekar golongan hitam di sekeliling Mahisa Birawa yang jumlahnya bejibun juga kagak diterangin siapa mereka darimana dan ngapain gabung sama 'Geng Makar' itu. 

Sepertinya, hanya Kaligundil dan Empat Brewok yang cukup dikenalkan. Selebihnya, macam figuran, padahal porsi mereka ditampilkan cukup besar. Kalau saya si bisa menebak ya ada Bagaspati yang kostumnya dibuat kayak bajak laut dari Madura, ada Pendekar Pemetik Bunga yang ganteng tapi kemayu dan ada Kala Hijau bersaudara.

Keempat, film itu juga minim konteks. Misal, sampai akhir tidak dijelaskan kenapa Werku Alit adik raja kongkalikong sama Panglima Kalasrenggi dan bisa kenalan sama gengnya Mahisa Birawa bahu membahu mengkudeta Raja Kamandaka. Padahal itu adalah cerita utamanya yang menjadi benang merah sepanjang film tapi agak abai untuk dijelaskan.

Ini yang terakhir, kelima, banyak adegan absurd. Masa ya, hiburan yang ditampilkan saat Werku Alit pesta pora adalah Tari Topeng Betawi!? Berkreasi si boleh aja sob tapi jangan ngawur lah. 

Satu lagi yang gue kaga ngarti dan absurd banget dah, tiba-tiba Bagaspati salah seorang anak buah Mahisa Birawa yang lagi-lagi kurang dijelaskan siapa dia, punya pistol??!! Iya, pistol, jadi pas berantem sama Bujang Gila Tapak Sakti senjatanya cambuk sama pistollll. Padahal, doi diperankan oleh Cecep Arif Rahman salah Maestro Silat lhooo.. Masa gitu siih?

Ya, saya paham jika adaptasi novel tidak harus sama, boleh-boleh saja berkreasi tapi ya jangan melenceng jauh banget, benang merahnya juga jelas dan kontekstual plus tokoh-tokohnya juga kasih porsi dan latar belakang yang pas. Itulah lima kritik dari penggemar Wiro Sableng. Ini bentuk kecintaan lho, jangan baper yaa. Semoga berikutnya lebih baik. Saya tunggu sekuelnya : Crazy Wiro, Dragon Axe Warrior 212.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun