Rangga pernah menjadi Idola. Lewat film AADC yang menandai kebangkitan film Indonesia, Rangga menjadi simbol cowo Idaman. Cinta, pasangannya, menjadi rolemodel cewe pujaan. Banyak yang mimpi jadi Rangga, bejibun yang ngarep jadi Cinta.
Anak muda jadi yg banyak suka sastra. Tiba-tiba puitis, seketika romantis.
Ku lari ke hutan kemudian ketemu kamu
Yuk nyelesein tugas Dendrologi
(Dendrologi itu mata kuliah legendaris anak Fahutan tingkat awal, sewaktu aku harus ngangkot tiga kali terus ngantri berjam-jam demi nonton AADC)
Gegara Rangga, saya yang masih remaja waktu itu jadi tahu dan suka karya-karya sastra Sumandjaja, Chairil, Remy Silado dan lainnya.
Lalu waktu bergulir.
Fahri tokoh utama film yang diangkat dari Novel Idaman Habiburahman El Shirazy itu menjadi pujaan imajiner baru bagi para wanita, perempuan, gadis, cewe apalagi akhwat-akwat di Indonesia. Ia menjadi panutan lelaki idaman kaum hawa : ganteng, baik hati, alim, pinter, sukses. Intinya, sempurna. Sebelas dua belas lah sama gue gituh.
Wanita ngarep diimami laki-laki kayak Fahri. Pria ingin jadi seperti Fahri. Siapa pula pria yang tidak kepengin semujur dia coba plus dikelilingi wanita cantik, alim, pinter termehek-mehek sampai ngebet banget pingin di kawinin.
Namun, roda berputar, era berganti. Usai Fahri, kini sudah datang Dilan yang merusak hegemoninya. Bad boy, slengean, ganteng dan romantis pulak.
"Iyem, kamu cantik tapi aku belum mencintaimu. Entah kalai nanti disepertiga malam terakhir. Tunggu saja"