Suatu hari saya menjumpai seorang pedagang kripik singkong pedas keliling lewat di depan rumah. Orangnya berpakaian lusuh, jalannya pun terpincang-pincang, saat menjajakan barang dagangan omonganya pun tidak jelas karena memang ada kendala bicara. Saya pun memanggilnya, saya beli 5 bungkus,harganya hanya seribu per bungkus. Saya sodorkan sepuluh ribuan.
”Sudah kembalianya ambil aja Pak,” ujarku.
Tak dinyanya, ternyata bapak itu menolak pemberian uang kembalian. Sambil berbicara tak jelas dan menggunakan bahasa isyarat, Ia tetap menolak dan tetap mengembalikan uang lima ribunya. Jleb.. saya tersentuh saat itu. Ternyata banyak orang tetap menjaga harga diri dan bekerja keras dengan segala keterbatasannya.
Sejak saat itu, saya kemudian berubah pola pikir jika hendak membantu atau berderma pada orang. Saya juga terbersit untuk membuat gerakan sosial untuk membantu orang-orang seperti mereka. Orang yang kurang mampu tetapi tetap menjaga harga dirinya dan mau bekerja keras.
Beberapa saat kemudian, gayung bersambut, saya ngobrol dengan salah seorang dermawan di kota saya Purbalingga. Kami ingin menyediakan makanan sehat dan enak kepada orang yang kurang mampu. Akan tetapi, kami tidak ingin memberikan cuma-cuma. Mereka harus tetap memiliki harga diri dengan membayar, namun dengan harga yang sangat terjangkau.
”Dengan membayar, semampu mereka, mereka lebih memiliki kebanggaan. Saya bayar lho bukan dikasih dan bukan disedekahi,” ujar beliau Sang Dermawan.
Akhirnya, dari perbincangan tersebut lahirlah sebuah gerakan sosial ”Warung Ikhlas” pada Maret 2016 lalu. Kami menyediakan makan enak, sehat, tanpa MSG kepada masyarakat kurang mampu dengan membayar seikhlasnya setiap Senin, Rabu dan Jumat yang bertempat di Kedai Kebun, Belakang Kejaksaan Negeri, Purbalingga. Setiap hari itu, kami menyediakan 50 – 100 porsi mulai pukul 11.00 WIB.
Tagline kami : ”Mangan Enak, Sehat, Mbayare Seikhlase” artinya Makan Enak, Membayar Seikhlasnya.
Para relawan ikut membantu memasak atau melayani pengunjung. Donasi pun sudah mulai berdatangan, baik berupa uang maupun bahan mentah. Ada yang membantu beras, mie bahkan mengirim sayur mayur.
Kemudian, selain berbagi makanan sehat dengan bayar seikhlasnya, Warung Ikhlas yang kemudian dikenal dengan WARKAS juga berkembang mengadakan gerakan sosial yang lain.
Kami mengumpulkan tas sekolah dan menyalurkanya kepada siswa yang kurang mampu, membantu menyalurkan zakat dan kegiatan sosial lainnya. Kami berharap Warung Ikhlas bisa terus eksis dan berkembang. Buat para Kompasianer yang budiman mau nyumbang boleh lho... hehe.
Nah, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut dan donasi yang masuk, laporan kegiatan dan keuangan kami juga unggah secara berkala di situs berita lokal Purbalingga. Kegiatan kami tersebut juga mendapatkan liputan media lokal dan nasional :
- Warung Ikhlas Purbalingga Terus Menginspirasi
- Di Warung Makan Ini Warga Kurang Mampu Bayar Seikhlasnya
- 'WARKAS' Warung Ikhlas Ada di Purbalingga
- Warung Ikhlas, Mangane Enak, Mbayar Seikhlase
Email serupa juga datang dari Johannes dari Ambon. Ia mengapresiasi khusus Warung Ikhlas ini dengan janji akan mendatangi warkas di Jalan Pasukan Pelajar Imam No 1 Purbalingga ini.
’’Warkas sangat bagus. Kepedulian yang sederhana akan sangat membantu sesama. Kawan-kawan di Purbalingga sangat menginspirasi kami untuk berbuat lebih baik,’’ kata Johannes dalam akun twiternya yang dimention ke TIMES Indonesia.
Semoga kegiatan ini terus eksis dan berkembang, syukur-syukur bisa menularkan virus inspirasi yang positif. Bagi para relawan serta donatur sekalian yang sudah mensukseskan kegiatan ini semoga mendapatkan balasan pahala dan rejeki yang berlipat.
Salam Ikhlas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H