Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Untukmu, Jeng Sri

28 Juli 2016   14:01 Diperbarui: 28 Juli 2016   19:43 3931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NB: Foto Jeng Sri dari grup WA

Rame-rame resapel kabinet jilid 2 Kabinet Jokowi, bintangnya sudah barang tentu ya Mbak Ani. Ya mau siapa lagi, masa Mbah Wir yang masih tersangkut persoalan HAM itu? Mas Marwan? Maaf ya kontaknya sudah abis, gantian sama temen.. udah lah balik ke Pesantren aja. Mas Yuddy? nggak konsisten sii.. Pak RR? Keretanya kebablasan. Pak Baldan? Maaf ya harus tergeser buat akomodir senior dulu.. Pak Dirman? Baru nikah si, mungkin disuruh menikmati bulan madu dulu. Kemarin kan prewedding-nya di Purbalingga, balik sini lagi aja Pak. Mas Anies? Wah, saya turut bersimpati tapi ya terima aja lah, Mas sampeyan besarkan program Indonesia Mengajar saja. Mbak Puan? Eh, belum ya.. maaf.

Udah ah, topiknya Jeng Sri aja ya.. Lagian saya memang mau nulis cerita soal bliyo. Bliyo ini memang fenomenal. Lihat saja, lini masa media sosial tiga hari hari ini dipenuhi dengan cuitan tentang baliknya Si Doi. Saya ngintip TV pas menteri-menteri resapel dilantik Jokowi, menteri lain disebut didiemin, eh pas menteri paling cantik itu disebut langsung tepuk tangan membahana di Istana. WA grup forum wartawan yang saya ikuti langsung ramai sama SMI, baik cerita, foto maupun meme-meme tentang dirinya. Bahkan ada beberapa rekan yang menjapri saya foto-fotonya bliyo. Tahu aja… Makasih yaa..

Ah, Sri Mulyani memang mudah bikin jatuh hati. Sosoknya menarik, cantik, cerdas... betisnya indah. Gaya bicaranya asyik... Mau ngemeng panjang lebar nggak ngebosenin. Lagian mimiknya enak dilihat pas lagi ngomong, bibirnya menyang-menyongnya pas. Kalau lagi ceria bliyo itu charming. Kalau lagi cemberut ngegemesin. Lagian melihat seorang perempuan perkasa di antara laki-laki yang (sok) kuasa memang keren.

Tanya aja sama wartawan yang biasa nongkrong di Lapangan Banteng dan Gedung Setan, rata-rata pasti ngefans, yang bilang ndak itu munafik! Kalau saya sih levelnya udah lebih tinggi dari ngefans, saya cinta.. haha. Makanya, redaktur saya mungkin sudah melihat hubungan jurnalis-narasumber mempengaruhi independensi berita sehingga saya dipindah pos liputan... Asyem kowe Tur!

Banyak cerita suka (tidak ada duka, wong namanya juga cinta) sekitar hampir 2 tahunan membuntuti bliyo. SMI, begitu bliyo biasa juga disebut, adalah salah satu narasumber yang membuat saya bersemangat, berhasrat dan bergairah tinggi untuk berangkat liputan. Foto yayang, eh bliyo mengalahkan foto wanita lain untuk terpampang di meja kerjaku dulu bersanding dengan ikan cupang kesayanganku....

Hasilnya, kinerja jurnalistik saya meningkat drastis. Saya menjadi wartawan terproduktif di era ngepos di desk keuangan. Desk Makro Ekonomi yang tadinya momok menakutkan menjadi mengasyikkan. Sebab saya bekerja sepenuh hati, Sri Mulyani akhirnya pun mulai mengenal wartawan ndeso item manis dari Tempo yang nanya-nanya mulu soal 'Window Dressing' dan Kasus Pajak Asian Agri. “Nanyanya itu mulu Gun?” jawabnya suatu saat pas ‘doorstop’, menyebut namaku yang membuatku berbinar-binar.

Woi, doi tahu aku loh ternyata.. haha. Tambah senang sekali ketika suatu saat saya memberanikan diri mengirim pesan pendek ke nomor pribadi bliyo dan dibalasnya... WOW. Lubang hidungku mengembang, cuping telingaku bergerak-gerak, kepalaku membesar. Mula-mula konfirmasi soal berita, lalu soal pribadi seperti ‘selamat ulang tahun’ pun dibalasnya… Yeah! Yes yes yes. 

Sebenarnya saya mau kirim pesan perhatian, seperti, udah makan belum, lagi apa, sama siapa, hari ini ngapain aja, jaga kesehatan ya, banyakin mimi air putih, gimana rapatnya, nggak usah dianggep lah omongan tadi Pak Harry, Pak Andi di Komisi X paling sandiwara politisi doang dan aneka bentuk perhatian lainnya... Namun, sms itu tak kuasa aku kirimkan karena aku pasti dianggapnya wartawan gila. Dianggap gila sama seseorang yang dipuja tentu menyiksa....

Btw, SMS-SMSnya doi masih tersimpan rapi di lipatan (HP Nokia 9300) hati.

Terserah kalau ini dianggap pencitraan karena memang demikian. Biar saya terkesan jurnalis handal dan dekat narasumber gitu lho bro....

Lanjut lagi cerita soal Jeng Sri, gini, di kalangan jurnalis Lapangan Banteng dan Gedung Setan, ada macam-macam panggilan untuknya. Ada yang menyebutnya Jeng Sri, Mbak Ani, Bu Ani ada memanggilnya Mbok Jamu, ada juga Menteri Sri, SMI, ada juga panggilan sok imut ‘Cimul’ dan sayah memanggilnya bebeb...hihi. 

Waktu SMI menjadi Menkeu lalu Menko dan merangkap Menkeu saya merasa ‘Lapangan Banteng’ dan ‘Gedung Setan’ lebih hidup dibanding desk lain yang pernah saya rambah. Bukan hanya saya, wartawan lain saya rasa demikian. Ini salah satu kehebatan bliyo (lagi), bukan hanya bisa memberi semangat bawahanya, tapi juga bisa menularkan aura positif dan kerja keras ke orang yang mengenalnya.

Tak heran jika baliknya Cimul membuat mereka bereuforia. Hampir semua (mantan) wartawan keuangan yang saya kenal membuat status selamat datang kepada dirinya, ditambahkan optimisme Indonesia yang lebih baik dengan baliknya doi. Bahkan, ada lho yang sampai nangis sangking bahagia saat beliau dilantik jadi menteri. Yang sudah pindah desk pengen balik ke desk keuangan, yang sudah pindah biro Jawa Timur pengen balik lagi ke Jakarta. Yang sudah mantan wartawan pingin balik jadi wartawan lagi. Pengamat ekonomi, politik pun tak mau kalah, bahkan, seorang Fadjroel yang dulu sering mencaci dan mencap Si Doi neolib juga sekarang mencuit: "Welcome Back Ibu Sri Mulyani as Finance Minister” seraya memuja Si Doi sebagai menteri keuangan terbaik… pret lah kau Jroel.

Ikhwal pulangnya doi, saya sebenarnya sudah feeling dari dulu dan feeling-ku biasanya benar. “Kamu pasti balik suatu hari nanti." Lagian, sebenarnya doi juga sudah ngasih tanda enam tahun lalu. Saat serah terima jabatan dengan Pak Agus Marto, doi menyampaikan dalam salah satu segmen pidatonya. “I’ll be back,” katanya. Selain itu, penyanyi favorit saya Mas Didi Kempot juga sudah sering memanggil pulang bliyo dalam lagunya. “Ndang balio sri, ndang balio.” Dan akhirnya, Sri yang ‘minggat’ ke Amerika pun sudah pulang.

Saya sampaikan ucapan maturnuwun dumateng Mas Jokowi yang sudah memulangkan Jeng Sri. Semoga Indonesia lebih baik dengan baliknya bliyo. "Mas Jok, jagain dia ya. Awas ya kalau sampai kenapa-napa. Kalau sampeyan baik, mbok rekrut aku jadi asprinya, akan saya layani dan jaga sepenuh hati, segenap cinta."

Di akhir tulisan ini aku mau nulis pesen buatmu:

Jeng Sri alias Mbak Ani alias Cimul atau SMI yang aku cintai, kerja yang baik yah. Biarin lah apa kata orang yang bilang kamu antek neolib lah, mafia Berkeley lah atau SPG World Bank lah dan berbagai hujatan lainnya.. Jorke wae, ndak usah dimasukin ati! Selain kerja keras, cerdas dan ikhlas yah aku tahu pasti kamu lakukan, kamu juga harus tabah yaa. Politik itu kejam, kamu dah rasain kan dulu. Aku ndak tega liat kamu di-bully seperti saat kasus Century dulu. Aku juga ndak mau kamu habis manis sepah dibuang kayak dulu itu, lalu ‘dipaksa’ minggat ke Amerika sama ‘laki-laki’ itu. You know who kan? Sekarang jangan sampai terulang lagi. Satu lagi, hati-hati mbok diseruduk banteng.

Oh iya, kamu pernah bilang kekuasaan itu melenakan seperti ‘hot chocolate’ jangan terlena yaa. Kamu juga sering mengingatkan “power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely” Sama aku inget banget kamu juga pernah menyitir pesan Paman Ben ke Peter Parker di Film Spiderman dalam pidatomu “great power comes great responsibility”, resapi itu. Kata-katamu sendiri lho... jangan sampai dibilang, "Jarkoni : iso ngajar ra iso nglakoni".

Dah itu aja pesanku. Selamat udah pulang kampung. Kalau sempet ya SMS, WA atau inbok FB ku ya... kalau ndak sempet ya aku paham kok kesibukanmu di sana.

Salam Kangen dari Purbalingga

Dariku yang mencintaimu

NB: Foto jeng Sri dari Grup WA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun