[caption id="attachment_382210" align="aligncenter" width="600" caption="Batu Pancawarna Klawing (Foto Pribadi)"][/caption]
Batu dari Sungai Klawing, Purbalingga adalah satu dari sekian banyak batu yang turut tenar di tengah booming batu akik. Ada Nagasui atau yang punya nama lain Blood Stone atau Le Sang du Christ (batu darah kristus) yang memang dari dulu sudah populer, ada batu pancawarna nan cantik, ada batu telor kodok yang eksotis dan lain sebagainya.
Ternyata, keindahan batu dari Sungai Klawing sudah melegenda sejak dulu. Manusia-manusia di zaman purba sudah membuat berbagai macam perhiasan dari batu sungai terbesar di Purbalingga itu. Bengkel-bengkel batu jaman purba banyak tersisa di sepanjang sungai itu.
Menurut tim arkeolog dari ITB yang meneliti sejarah batuan dan peradaban di sepanjang Sungai Klawing pada 2009 lalu, sedikitnya 40 ribu artefak peninggalan zaman purba yang pernah ditemukan di daerah aliran Sungai Klawing. Temuan tersebut tersebar di sedikitnya 50 situs purbakala.
Batuan Klawing banyak ditemukan sudah digunakan sebagai perhiasan manusia purba, seperti gelang, cincin, kalung dan lainnya. Purbalingga dengan Sungai Klawingnya diperkirakan dulunya pernah menjadi pusat industri perhiasan di zaman batu. Temuannya pun lengkap, mulai dari zaman Paleolitikum, Megalitikum dan Neolitikum.
Selain perhiasan, beberapa jenis benda fungsional juga ditemukan seperti kapak batu, gelas batu, dan sandal batu. Geolog dari Universitas Jenderal Soedirman Siswadi dan Sujatmiko bahkan mengatakan Purbalingga bisa jadi bekas kerajaan purba. Mereka sedang meneliti mineral penyusun batu-batuan itu demi mengungkap zona utama peradabannya.
Pada awal tahun lalu, sejumlah batu yang diperkirakan merupakan peninggalan jaman pra-sejarah dari era Paleolitikum juga ditemukan di kawasan Pegunungan Lumbung, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga. Benda-benda tersebut berada di dalam hutan yang berbatasan dengan Desa Kramat, Karangmoncol dengan lokasi yang yang cukup sulit dijangkau.
Batu yang ditemukan ada sekitar 30 buah. Bentuknya ada menhir, dolmen, altar, meja, kursi, dan phalus. Ada juga bentuk seperti Lingga dan batu bergerigi. Banyak juga peralatan rumah tangga yang terbuat dari batu.
Wah, ternyata Purbalingga keren sejak Zaman Purba yah.. he he. Bisa jadi booming batu akik pertama di dunia ya terjadi di Purbalingga..ha ha. saya punya tagline baru buat Purbalingga: "Sejak jaman Megalitikum sampai jaman Milenium Batu Klawing, Purbalingga tetap menjadi idola".
Pantes saja ya namanya Purbalingga. Dulu asosiasi yang ada di benak saya terhadap Purbalingga adalah berasal dari dua kata Purba dan Lingga. "Purba" artinya 'tua', "Lingga" adalah lambang lelaki (penis). Jadi, nama kota saya itu kira-kira artinya adalah 'penis purba'... haha. Ternyata nama itu bukan sekedar isapan jempol atau mitos belaka, memang ada fakta sejarah dan bukti arkeologinya. Di Purbalingga banyak ditemukan artefak zaman purba, salah satunya artefak 'lingga' dan 'yoni' yang ada di Desa Kedungbenda, Kemangkon.
Saya berharap situs-situs prasejarah itu tak termakan dan hilang akibat tangan-tangan usil tak bertanggung jawab para pencari batu akik. Situs bersejarah sebagai bukti kebesaran Purbalingga di masa lampau harus tetap dijaga. Batu akik ya nyarinya di sungai saja dan tingkatkan nilai tambah dengan inovasi produk.