Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Vietnam Trip : Menjelajahi Ho Chi Minh City a.k.a Saigon

24 Agustus 2013   12:17 Diperbarui: 19 Januari 2024   11:14 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Traveling murah-meriah berkeliling di salah satu kota cantik , bersejarah dan penuh budaya di selatan Vietnam"

Ini cerita travelingku pada 2011 lalu

Jalan-jalan ke Vietnam. Rencana traveling itu sudah ada dalam benak saya sejak lama. Oleh karena itu, berbagai persiapan pun sudah dilakukan jauh hari sebelumnya. Mulai dari hunting tiket pesawat promo, siapin daftar tempat apa saja yang dituju, nabung dan tentu saja cari informasi sebanyak-banyaknya tentang berwisata murah disana. Maklum, budget cekak... Namun, akhirnya perjuangan itu tak sia-sia.. 

Sampai juga saya mengunjungi Negeri yang dikenal dengan perang melawan Amerika Serikat itu. Dan, sekarang akan saya ceritakan perjalanannya. 

Hari pertama, kami sampai di Than Son Nhat International Airport, Ho Chi Minh City (HCMC), yang dulunya lebih dikenal dengan Saigon, sekitar pukul 20.00 WIB setelah menempuh tiga jam perjalanan dari Jakarta. Tiba di sana kami menggunakan taksi bandara menuju Hostel yang telah kami pesan di Pham Ngu Lao, kawasan backpacker terkenal di HCMC. Tarifnya sekitar US$ 8 (Di sana bisa menggunakan Dollar atau Dong, mata uang setempat), satu taksi yang diisi lima orang.  

Eh, ada tips neh buat yg mau kesana : Taksi di Vietnam mobil banyak yang jenisnya SUV. Jadi, lima orang plus barang bawaan cukup satu taksi. Taksi yang cukup terpercaya disana adalah 'Vinasun' dan 'Mailinh'. Hati-hati gunakan taksi yang lain, supirnya suka rese dan minta tips yang besar seperti yang kami alami. 

Tiba di Pham Ngu Lao, kami langsung menuju ke Hostel yang sudah kami pesan via internet, namanya My My Art House. untuk/kamar bersih, ac, air panas, tv flat, wifi plus sarapan rasanya US$ 8 per malam tidak terlalu mahal. Hostel kami pun letaknya juga cukup strategis, di depannya terhampar taman luas dan jaraknya tak jauh dari Ben Than Market, pasar tempat penjualan souvenir. satu lagi, pelayanannya juga cukup kekeluargaan dan paket tour juga bisa dipesan disitu. 

Setelah Check-in, kami langsung hunting kuliner karena perut yang sudah dangdutan. Pilihan kami jatuh ke Kedai Pho, makanan khas Vietnam. Harga makanan di Vietnam tidak terlalu mahal, satu porsi Pho dengan mangkuk super besar harganya sekitar Vnd (Dong) 40.000 atau Rp 20.000 ( Rp 1 = 2 Vnd). Es teh manis pun bisa dinikmati Vnd 3000 saja. Setelah perut kenyang, kami tidur untuk mempersiapkan perjalanan esok hari. 

Yoga dan Bunga Makan Pho (Dok. Pribadi)
Yoga dan Bunga Makan Pho (Dok. Pribadi)

Hari kedua, kami menjadwalkan hari itu pergi ke CHU CHI TUNNELS, sebuah kawasan yang kondang karena dulunya meurpakan ajang pertempuran pasukan Vietkong dan tentara Amerika. Tempat itu berjarak sekitar 30 km dari Ho Chi Minh City. Paket Tour ke tempat ini telah kami pesan sebelumnya. Untuk perjalanan sehari, mobil, tiket masuk dan guide kami membayar US$ 10 per orang. 

Jackie The Best Guide

Selesai sarapan Roti Baguette yang disediakan di Hostel, Jackie, sang tour guide kami telah menunggu di mulut gang. Kalau dilihat-lihat, sekilas dia memang mirip Jackie Chan sehingga dia menggunakan nama bintang film itu sebagai nama panggilanya. Ah, saya lupa nama Vietnam-nya dia. Selama perang, Jackie mengaku bekerja untuk tentara Amerika di Dalat dan Saigon. Orangnya sangat bersemangat dalam bercerita, ramah dan ekspresif. Kami menggunakan jasanya karena direkomendasikan kawan. Dia tour guide yang memuaskan, kami juga merekomendasikan dia buat yang mau travelling di Ho Chi Minh City. 

Sebelum sampai di Chu Chi, Jakcie membawa kami ke Handicapped Village (kampung orang-orang yang cacat akibat Perang), sebuah tempat pembuatan souvenir dari keramik yang dikombinasikan dengan kulit telur, kulit kerang dan lainnya. Meski hanya tempat pembuatan souvenir,tempat itu dikelola langsung oleh pemerintah lho.. Semua yang bekerja ditempat itu adalah orang cacat, yang selama perang menjadi korban bom-bom Amerika. Pemerintah memberdayakan mereka bekerja di tempat tersebut karena mereka melarang kaum difabel menjadi pengemis. 

MMh, saya jadi membandingkan dengan kota-kota di Indonesia yang banyak dijumpai pengemis, bahkan bukan orang cacat. Saya pikir langkah ini perlu ditiru oleh pemerintah kita. Jadi, meski harganya souvenirnya cukup mahal saya kira cukup setimpal. Barangnya sangat berkualitas dan bisa sambil amal kan? 

Setelah selesai menjelajahi tempat itu, kami segera melanjutkan perjalanan utama, ke Chu Chi Tunnels! wow, Saya agak surprise saat sampai disana. Meski hanya bekas basis gerilya pasukan Vietkong, obyek tersebut sangat ramai dikunjungi wisatawan. Ada dua lokasi untuk melihat terowongan, Ben Duoc dan Ben Dinh. Ben Dinh lebih sering dikunjungi oleh wisatawan karena lebih dekat dengan Ho Chi Minh dan katanya para pemandunya juga lebih fasih berbahasa Inggris. 

Sebelum kami berkeliling Chu Chi, sajian awal yang kami nikmati adalah pemutaran film dokumenter. Jackie, tour guide kami, ternyata cukup senior dan disegani di tempat tersebut. Setelah pemutaran film dokumenter, Ia mengambil alih panggung dan menjelaskan ke segenap audiens cerita tentang kawasan tersebut, tentu saja dibumbui kisah heroik pasukan Vietkong. Selesai pemutaran film dokumenter dan 'ceramah' Jackie, kami diajak berkeliling. 

Pertama, jackie memperlihatkan berbagai macam jebakan yang dibuat oleh Vietkong. Banyak sekali macamnya dan ssst..Semua jebakan tak langsung membunuh. Orang yang masuk dalam perangkap akan tersiksa dan akhirnya mati perlahan karena kehabisan darah dan kelaparan. Di Chu Chi, dipamerkan semua jebakan yg dipergunakan Viet kong dan diperlihatkan juga bagaimana cara membuat perangkap mengerikan namun 'cantik' itu. 

Kemudian, kami juga melihat bangkai tank amerika. Diceritakan, pasukan Vietkong berhasil menjebak tank tersebut dan membantai puluhan pasukan yang menyertainya. Saya pun langsung berpose di depan tanks tersebut..haha. 

Setelah itu, sampailah ke menu utama kami yaitu menyusuri lorong-lorong sempit yang telah dibangun Vietkong selama perang. Sumpah, sempit banget! Saya sarankan penderita klaustrofobia sebaiknya tidak menjajal kegiatan tersebut. Sebab, meski sudah diperbesar untuk keperluan wisata tetap saja lorong tersebut sempit abiezzss, bercabang-cabang, lembab, gelap serta minim oksigen. 

Tips : jangan gunakan kacamata hitam untuk masuk terowongan. Kalau coba-coba, Anda akan menikmati terowongan paling gelap sedunia seperti yang saya rasakan!hehe..*dasar bodoh.

Lubang Masuk ke Tunnels (Dok Pribadi)
Lubang Masuk ke Tunnels (Dok Pribadi)

Ke Chu Chi, kamu akan Paham Film Rambo Itu Boong

Menyusuri terowongan itu, anda harus jongkok. Pada beberapa tempat bahkan harus merayap. Terowongan memang dipersiapkan untuk bergerilya dalam jangka waktu lama. Chu Chi Tunnel memiliki panjang kurang lebih 200 km dan dibuat bertingkat 3 sehingga total sekitar 600 km. Mereka juga membuat ruang rapat, tempat pembuatan senjata, lorong jebakan, rumah sakit, tempat bersalin dan dapur. Semuanya di-setting sedemikian rupa sehingga meskipun hutan di atasnya sudah gundul karena Bom Napalm, terowongan mereka tetap sukar dideteksi Pasukan Amerika.

Untuk sirkulasi udara mereka menggunakan bambu yang disalurkan ke terowongan. Di permukaan ditutupi tumpukan batu dan di sekitarnya ditaburi bubuk merica sehingga, ketika anjing pelacak didatangkan, lubang persembunyian mereka tetap tidak terdeteksi. Untuk dapur, pembuangan asapnya dibuat bertingkat-tingkat sehingga ketika keluar sudah sangat minim. Meskipun terlihat oleh pesawat pengebom Amerika, pintu keluar asap dibuat cukup jauh dari lubang persembunyian sehingga bom luput dari sasarannya. 

Untuk sirkulasi air, mereka membuat saluran yang dialirakan langsung ke Sungai Saigon. Saluran itu juga bisa dibuat untuk serangan mendadak karena terhubung langsung ke bagian sungai yang berada di belakang markas tentara amerika. 

Oh ya, terowongan sengaja dibuat sangat sempit karena pasukan vietkong rata-rata memiliki tubuh kecil-kecil. Jackie menyebutkan bobot tentara vietkong rata-rata 50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Vietkong juga banyak menyertakan remaja dan anak-anak menjadi pasukan mereka. Tentu saja pasukan Amerika yang rata-rata memiliki tubuh yang besar akan sangat kesulitan untuk mengejar pasukan Vietkong di dalam lorong. 

Bersama Jackie Makan di Chu Chi (Dok Pribadi)
Bersama Jackie Makan di Chu Chi (Dok Pribadi)

Untuk makanan, Vietkong juga memiliki cara untuk mengawetkan makanan dan membuatnya menjadi instan. Beras mereka olah menjadi 'rice paper' yang dibentuk tipis-tipis dan dikeringkan. Vietkong juga mengolah beras menjadi minuman beralkohol dengan kadar sampai 40 persen. Kami diajak menyaksikan bagaimana pembuatan penganan tersebut yang diperagakan perempuan cantik mengenakan baju khas vietkong. Kalau mau, rice paper dan minuman tersebut bisa dibeli sebagai buath tangan. 

Kemudian, kami juga disuguhi makanan Vietkong yang lain, yaitu, rebusan singkong yang disajikan dengan kacang tumbuk dan gula. Tak lupa secawan teh vietnam sebagai teman. Kami berlima, beserta Jakcie pun bersulang di tempat tersebut. 

Setelah menyusuri Chu Chi, saya jadi membayangkan betapa heroiknya Pasukan Vietkong dan betapa bohongnya Film Rambo. 

Menurut Jackie, lebih dari 18.000 pasukan yang bertahan hidup di Chu Chi. Selesai perang, hanya sekitar 6000 orang yang bertahan hidup. Pengunjung juga bisa menjajal aneka senapan. Tak perlu membeli tiket lagi, cukup beli peluru seharga US$ 1 per butir. Jenis-jenis senapan laras panjang yang digunakan adalah AK 47 dan M 16. Kalau bisa menembak tepat di sasaran akan dapat hadiah berupa topi, kaus dan sebagainya. Saya tidak mencoba permainan ini karena dari jarak sekitar 50 meter saja telinga saya sudah berasa tuli..hehe. 

Secara umum, perjalanan ke Cu Chi Tunnels saya rasakan sebagai perjalanan yang aneh tapi menyenangkan dan pengalaman yang cukup emosional. 

Chu Chi Tunnels (Dok Vietnam Travel Top)
Chu Chi Tunnels (Dok Vietnam Travel Top)

Usai menjelajahi Chi Chi Tunnels, kami minta ke Jackie untuk di-drop di restoran halal dan enak di daerah Pham Ngu Lao. Jackie menurunkan kami di sebuah restoran India. Hmmh, rasanya tidak mengecewakan dan harganya pun bersahabat... Perut terisi, tenaga kembali dan waktu masih sore. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mengelilingi Ho Chi Minh City (HCMC).

Berbekal peta, kami memulai perjalanan. Langkah kaki mengarah ke Ben Than Market..Ah,beruntung di HCMC banyak sekali taman sehingga perjalanan kami tak terlalu melelahkan meskipun cuaca terik.. Setelah melewati taman yang ada patung Tran Nguyen Han berkendara kuda, sampailah di Ben Than. Karena baru awal perjalanan, kami memutuskan untuk tidak membeli oleh-oleh terlebih dahulu... Jadi, hanya sekedar melihat-lihat di situ. Cukup...

Uniknya Wayang Air Vietnam

Wayang Air Vietnam (Dok Pribadi)
Wayang Air Vietnam (Dok Pribadi)

Perjalanan kami lanjutkan ke tempat pertunjukan water puppet (wayang air), kesenian khas Vietnam. Teater Golden Dragon Water Puppet letaknya disamping Labour Cultural House, 55B Nguyen Thi Minh Khai. Dari Ben Than, perjalanan kira-kira memakan waktu 20 menit jalan kaki. Tenang, jalannya melewati taman lagi kok, yaitu, Tai Dan Park yang rindang dan artistik. So, tidak usah takut panas, hanya perlu hati-hati kalau menyeberang jalan, lalu lintas di HCMC sangat ruwet, padet dan njlimet. Sampai di tempat, kami langsung membeli tiket seharga VND 80.000. Pertunjukan digelar tiga waktu, pilihannya pukul 17.00, 18.30 atau 20.00 dan kami memilih yang paling awal. Pintu dibuka 15 menit sebelumnya, usai membayar tiket kami segera masuk ruangan 'bioskop' berkapasitas sekitar 200 orang dipandu dua orang petugas dengan baju khas Vietnam sampai ke tempat duduk.

Watter Puppet Vietnam (Dok. Pribadi)
Watter Puppet Vietnam (Dok. Pribadi)

(Water Puppet dalam Bahasa Vietnam disebut 'mua roi nuoc' artinya boneka yang menari di atas air. Sesuai dengan namanya, pertunjukan wayang boneka itu dilakukan di atas kolam. Pada tepi kolam, kanan dan kirinya, diapit pemain musik dan penyanyi pengiring (sinden). Pemain musik juga merangkap narator yang berganti-ganti setiap babak).

Lima menit sebelum bertunjukan, alarm berbunyi. Tenang, itu bukan kebakaran tetapi tanda pertunjukan akan segera dimulai. Lampu dimatikan,layar pun terbuka dannnnn show dimulai... Pertunjukan dibagi menjadi kira-kira 15 babak. Setiap babaknya itu menceritakan kehidupan sehari-hari masyarakat Vietnam, ya mirip-mirip kehidupan di pedesaan Indonesia lah. Ada bertani,beternak dan tentu saja penuh dengan mitos-mitos. 

Semua dialog dan nyanyian disajikan dalam bahasa Vietnam, saya hanya bisa mengira-ngira apa yang mereka pertunjukan. Pokoknya dalam pertunjukan itu ada cerita tentang kegiatan bercocok tanam, tarian naga, bocah kecil bermain di atas kerbau dengan seruling, menangkap kodok, pasangan bebek dan anak-anaknya, menangkap ikan, tarian singa, tarian burung phoenix, Raja Le Loi dalam perjalanan perah, anak-anak bermain di air, balap perahu, unicorn bermain bola, tarian peri-peri cantik, dan tarian empat binatang suci. 

Meskipun saya kurang mengerti, tapi saya cukup menikmati pertunjukan itu..kadang kami juga tertawa dengan tingkah boneka-boneka itu. Yang saya kagumi adalah teknik permainan mereka.Boneka bisa bergerak bebas dari di atas air,ada efek asap, naga menyemburkan api, anak kecil berjumpalitan, musang yang bisa memanjat pohon dan peri yang menari-nari dengan cantiknya di atas kolam. 

Dari awal pertunjukan saya berpikir, di mana para pemain yang menggerakan boneka-boneka itu yah?? Nah, setelah pertunjukan usai, akhirnya para pemain muncul dari balik panggung dan memberi hormat. Mereka bawah kuyup. Penonton pun memberikan tepuk tangan meriah.. 

Konon katanya, wayang air merupakan permainan masyarakat Vietnam ketika masa tanam padi dimulai, di mana sawah-sawah mulai terendam air. Water puppet ini sudah dikenal di Vietnam sejak abad ke-11. Kesenian ini juga menjadi kebanggaan masyarakat Vietnam, sering ditampilkan di berbagai festival internasional atau saat kegiatan pertukaran budaya dengan negara lain. 

Saya memberikan nilai 9 untuk pertunjukan itu. Saya pikir rugi besar jika ke Vietnam tak menonton pertunjukan ini. 'Not watching a performance of Water Puppetry means not visiting Vietnam yet' : kata selebaran promo pertunjukan itu dan saya pun setuju. 

Usai pertunjukan kami menyempatkan untuk menikmati kopi di Nguyen Tran Dung Coffe Shop! Mirip Bakoel Koffie di Cikini lah tempatnya. Asik buat ngobrol dan ada fasilitas wifi. Penat lepas sudah, kami melanjutkan perjalanan pulang dengan jalan kaki. Hari sudah malam, taman-taman kota dan jalanan yang kami lewati bertambah ramai. 

Hmmh, orang-orang vietnam ternyata sangat suka olah raga dan menari. Taman kota dipenuhi warga Saigon yang mencari keringat dengan bermain Dakao (olah raga khas vietnam, mirip sepak takraw tetapi menggunakan kok berpegas),yoga, senam, badminton, futsal dan berdansa. 

Taman kota di Saigon, terawat dengan baik dan bersih. Penataanya pun artistik dengan patung-patung tersebar di setiap sudut taman. Fasilitas juga memadai, ada alat fitnes yang bisa digunakan bebas dan tentunya gratis.. Perjalanan kami berlanjut dan sampailah di hostel. Kamipun segera tidur dengan lelap karena lelah akibat perjalanan seharian yang indah...

Berlanjut ke part 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun