Chup-chaap ye gagan so gayi hai dhara
So jaa mere laal re
So jaa mere laal re
Usai anaknya terlelap, dengan berat hati, sang Putri perlahan berdiri dan berjalan pelan menuju ke sungai. Perlahan, Ia letakan keranjang bayi itu di air. Hatinya tersayat, ketika anaknya mulai terbawa arus sungai. Matanya nanar, air matanya kembali mengalir. Â Seperti tersentak, Ia berlari ditepian Sungai mengikuti anaknya. Namun, kakinya terantuk batu yang membuatnya jatuh.
Sambil duduk bersimpuh, Ia memandang anaknya yang semakin jauh terbawa arus dan akhirnya menghilang dari pandangan. Tak henti-hentinya mulutnya menyebut : "Karna anakku, Karna anakku, karna... karnaaaa".
Tak ada yang menyahut, kecuali bunyi derasnya air sungai dan suaranya yang memantul kembali.
---
Sang Putri itu bernama Kunti. Ia adalah putri dari sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kuntiboja. Ia terpaksa membuang anaknya itu karena lahir diluar pernikahan.
Ceritanya, Kunti diberikan mantra oleh seorang Resi yang bisa memanggil dewa untuk menganugerahinya seorang anak. Penasaran, Kunti ang masih gadis muda itu kemudian mencoba mantera itu. Mujarab, Ia kemudian didatangi Dewa Surya dan diberikan anugerah seorang anak laki-laki perkasa.
Ia pun kebingungan. Pasalnya dirinya masih perawan ting-ting, putri kerajaan pula. Sebuah aib besar jika dirinya ketahuan melahirkan anak diluar pernikahan. Akhirnya, dengan berat hati. Ia pun membuang anaknya di sungai.
Maka, terjadilah drama menyedihkan ditepian Sungai Aswa itu. Kesedihan seorang ibu yang membuang anaknya. Kesedihan yang membayangi seumur hidupnya.