Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yudhistira, Contoh Pemimpin Baik Hati tapi Lemah

23 Agustus 2014   19:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:45 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai di Hastinapura, permainan dadu (saat itu dianggap merupakan permainan para kaum ksatria) pun digelar. Yudhistira bermain melawan Duryudhana yang diwakili oleh Sangkuni. Pertama,  taruhanya kecil-kecilan, Yudhistira diberi kemenangan. Hatinya pun gembira, hasrat berjudinya semakin besar. Taruhan pun semakin besar dan besar dan Yudhistira satu demi satu harus melepas miliknya karena menelan kekalahan.

Ia telat menyadari bahwa permainan dadu itu sudah di setting Sengkuni. Mata dadu terbuat dari tulang-tulang ayah Sangkuni sendiri sehingga menuruti apapun kehendaknya. Maka, Yudhistira sudah terjatuh dalam perangkap dan dia tak bisa keluar lagi. Ia sudah tak bisa dicegah lagi. Setiap mau berhenti, Sangkuni mengompori, mengejeknya dan hati Yudhistira goyah, kemudian terus bermain.

Mula-mula hartanya, lalu hewan ternak, lalu tahta dan kerajaanya yang dibangun dengan susah payah jatuh ke tangan Duryudhana. kemudian, adiknya satu persatu dipertaruhkan. Nakula, Sadewa, Arjuna, Bhima dan dirinya sendiri. Byarr, dan semuanya kalah. Tahta hilang, kerajaan berpindah tangan dan mereka menjadi budak, kasta yang hina.

Duryudhana, pemimpin para Kurawa yang dipenuhi iri dan dengki tak puas sampai disitu. Ia mempertarukan istirnya Banowati dan meminta Yudhistira juga mempertaruhkan istrinya, yang adalah istri bersama dengan keempat adiknya Drupadi di meja judi. Yudhistira bimbang, adik-adiknya mencegah, para sesepuh sudah mencegah tapi dasar hatinya yang lemah dan sudah ditutupi dengan hasrat bersudi mudah saja dihasut Sangkuni yang licik. Ia akhirnya mempertaruhkan Drupadi, Putri Pancali di meja judi dan KALAH.

Yudhistira yang baik hati, suka menolong, penyabar, tak mendendam dan selalu menjaga Dharma itu pun akhirnya harus merintih, menangis, terpuruk dan menanggung malu demikian dalam. Ia harus menyaksikan kerajaan dan tahtanya musnah, adik-adik dan dirinya menjadi budak kemudian istri yang dicintainya harus dipermalukan di Sidang Istana Hastinapura. Drupadi dilucuti pakaianya di depan matanya. Beruntung ada Krisna yang menyelamatkanya.

Jadi, Yudhistira bukanlah ptototype pemimpin yang patut dicontoh. Ia memang baik hati, luhur budi tetapi tidak disertai dengan hati yang kuat, ketegasan dan keadilan. Ia juga gemar berjudi, permainan jahat yang melenakan dan bisa memusnahkan segalanya. Kombinasi kelemahan dan kegemaranya itu menghancurkan dirinya, kehormatanya sekaligus mengorbankan adik-adiknya dan istrinya tercinta yang jelita.

Salam Mahabarata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun