Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Drupadi

25 Agustus 2014   17:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408938619377352891

"Raja Drestarata, Anda telah melewati batas. Camkan perkataanku, aku bersumpah akan membalas perbuatan anak-anakmu dan memenuhi kehidupanmu dengan kegelapan seumur hidupmu," kata Arjuna dengan mata memerah, muka membesi dan darah menggelegak. Drupadi adalah wanita yang paling dicintainya dan cintanya kepada Drupadi melebihi keempat saudaranya.

Drestarata terhenyak mendengar sumpah itu, Ia mulai khawatir bahwa kejadian hari itu akan menjadi malapetaka bagi keturunya nanti, tetapi tidak dengan Duryudana, Ia malah semakin congkak dan semakin melewati batas. Lampu dinyalakan, Ia kemudian berkata lantang.

"Dursasana, budak Drupadi terlalu sombong. Lucuti pakainya untuk meruntuhkan kesombongannya. Lucuti pakainya seperti Ia melucuti senjata kita di balairung Istana Indraprasta waktu itu," kata Duryudhana memerintahkan adiknya yang paling berangasan.

Drupadi sebenarnya adalah perempuan yang pernah memikat hatinya. Ia mengikuti sayembara untuk mendapatkanya namun Drupadi gagal didapatkannya dan justru dimenangkan Arjuna dan menjadi milik Pandawa yang sangat dibencinya. Drupadi, menurut Duryudhana, juga pernah mempermalukan dirinya di Istana Indraprasta. Ia mengusulkan pelucutan senjata Para Kurawa saat ada geger di upacara penobatan Yudhistira. Drupadi juga tak kuasa menahan senyum saat melihat dirinya jatuh di kolam yang dikiranya seperti lantai di Istana Indraprasta yang megah. Harga dirinya sebagai lelaki terkoyak. Ia mendendam kepada Drupadi. Sekarang, Ia pun melampiaskan dendamnya dengan mempermalukan Drupadi sekaligus menghancurkan harga diri para suaminya.

Seluruh balairung istana pun gempar mendengar perintah Duryudana yang biadab itu. Dursasana maju kedepan, mendekati tubuh Drupadi dan ingin segera melakukan perintah kakaknya dengan senang hati. Ia dipenuhi birahi yang bergejolak. Hasratnya sudah diubun-ubun untuk menelanjangi Drupadi. Perempuan cantik jelita yang juga dikaguminya dari dulu, kini adalah seorang pelayan yang lemah tanpa perlindungan dan siap untuk dibuka pakainya satu per satu. Para kurawa tertawa riuh. Mereka bersiap melihat sebuah pertunjukan kebiadaban dengan bungah.

Bhisma, Resi Kripa, Mahamenteri Widura, Mahaguru Drona tertunduk malu. Mereka, para tertua yang mengajarkan dan menjaga dharma kini harus melihat sebuah kebiadapan di depan mata. Para Pandawa, kini hanyalah budak. Mereka telah dilucuti. Memendam malu, amarah dan hanya bisa bersumpah tanpa bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan istrinya yang akan segera ditelanjangi di depan umum.

Drupadi pasrah dan hanya bisa berdoa dalam hati. Ia tak bisa minta perlindungan dari siapa-siapa kini selain meminta ke Dewa. Dursasana sudah bersiap. Ia menjambak rambut Drupadi dengan kasar dan mulai menarik sari merah penutup tubuh mulus Pancali.... Sebuah tragedi bagi seorang perempuan bernama Drupadi alias Pancali terjadi. Tragedi yang menyulut api, untuk tragedi berikutnya, sebuah perang besar, Baratayudha!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun